Kemashuran tubuh istriku, keindahan tubuhnya, keindahan pegunungannya, cantiknya pemandangan pada wajahnya. Membuat orang lain tergoda untuk menikmati istriku. Orang-orang datang kepadaku berusaha menawarku untuk mempelacur istriku. Dihadapkan bermilyaran uang di depan mataku.
Tentu uang ini akan menguntungkanku,
akan membuat aku menjadi orang yang sangat terpandang. Aku bisa membangun rumah
bahkan istana, orang-orang akan menghormatiku dan menjadikan aku sebagai
kebanggaan mereka. Karena aku akan begitu mudah menyogok mereka dengan uang
yang aku punya.
Biarkan istriku yang bekerja bagiku.
Biarkan ia dieksploitasi keindahan tubuhnya, keindahan pegunungannya, dan
cantiknya pemandangan pada wajahnya yang menggoda orang lain untuk
menikmatinya.
Anak-anakku berontak memintaku
menghentikan perbuatanku. Tapi aku tidak peduli, toh ini juga untuk mereka.
Kesejahteraan perut mereka, kemapanan baju mereka, kemilauan sepatu emas dan
perhiasan yang melekat pada dirinya. Biarkan baju ibumu saja yang dibuka oleh
mereka yang memberikan kita uang berlimpah-limpah.
Anak-anakku berkata. “Kita tidak
lagi punya harga diri. Ibu kita dijual harga dirinya, sedang ayah kita
bersenang-senang akan hal itu. Bersenang-senang dengan uang yang
bertumpuk-tumpuk, tapi lupa akan harga diri keluarga kita.”
Aku cuma menganggap ini adalah
protes anak-anak yang tidak tahu uang lebih berharga dari pada harga diri.
Kebodohan anak-anakku dikarenakan aku ajarkan mereka tentang harga diri waktu
kecil itu diutamakan. Saat mereka yakin sekali dengan kebenarannya tentang
harga diri lebih berharga dari pada harta, mereka memberontakku.
Ingatlah
anak-anakku itu hanya pelajaran atau pengetahuan yang hanya menjadi pengetahuan
kognitifnya. Suatu saat kalian akan menghianatinya. Aku juga dulu diajarkan
untuk menghargai diri sendiri, diajari mencintai diri sendiri, tapi seiring aku
dewasa itu hanya sebatas pengetahuan. Sistem kekeluargaan yang dibangun dalam
keluarga besar kita adalah penghianatan dari kakek nenek kalian. Walaupun
diantara kakek nenek kalian mempertahankan harga diri mereka terkalahkan oleh
sistem yang dibangun. Kakek nenek kalian yang baik lebih banyak diam.
Kalau
kalian mau wahai anak-anakku untuk memperbaiki ibu kalian, keluarga kalian.
Kalian harus berjuang lebih keras, punya tekad lebih keras untuk mengalahkan
keburukan yang aku bangun.
Apa
kalian kira bapak mu ini senang melacurkan ibu kalian? Tentu aku jawab tidak.
Aku sangat membencinya, aku sangat mengutuknya. Tapi ada ancaman diluar itu,
nenek kakek kalian yang jahat telah menumpuk hutang yang tak bisa saya bayar
sehingga aku melacurkan keindahan ibu kalian.
Kalian
wahai anak-anakku. Jika kalian memang benar-benar mau memperbaiki harga diri
ibu kalian, keluarga kita ini maka sejak sekarang harus mandiri, berani
berkorban waktu, singkirkan waktu tidur untuk jerih payah memikirkan solusi dan
perjuangan kalian. Bapak kalian ini, yakin kalian akan bisa membangun harga
diri ibu kalian dan keluarga kita.
Jangan
biarkan ibumu dilacurkan oleh diriku. Dan jangan sampai kalian menikmati
pelacuran itu.
Anak-anakku
kalian pahami ini sebagai penjajahan saja. Mereka yang menikmati tubuh ibu
kalian adalah penjajahan kepada keluarga kita. Walaupun yang terjadi sebenarnya
adalah pelacuran atas ibu kalian, yang terjadi yaitu transaksi pelacuran antara
yang dilacurkan dengan yang menggunakannya.
Ibu
kalian mengatakan “yang terjadi saat ini adalah aku sedang dolacurkan, dijual
harga diriku, diperkosa, dibuka bajuku, dieksploitasi isiku, pegununganku
dihisap. Yang menikmati tubuhku bukanlah yang kalian percaya sebagai bapak dan
juga bukan kalian yang menikmatinya. Bapak kalian dan kalian wahai anak-anakku
hanya mendapatkan sisanya. Perjuangkanlah harga diri ibu dan keluarga kita.”