Jumat, 28 Desember 2018

Ajal Tsunami Tselat Tsunda

KAMARUDIN


Aku langsung mengalihkan pembicaraan tentang malam tahun baru. Karena logika berpikirku kalah sama pak Tujur.

Aku mengakui bahwa dia memiliki kematangan berpikir dan sangat bijaksana. Kalau hanya karena meniup terompet saja  menjadi yahudi, eh nanti malah malaikat menjadi yahudi dan tidak terjadi kiamat.

Pak Tujur tak lepas dari berita selat sunda yang mengalami Tsunami atau Tsunami Tselat Tsunda disingkat 3T. “Pak Tujur, pada tahun ini banyak yang bertemu ajalnya karena aktivitas alam. Gempa bumi di Lombok dan Sumbawa, gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, gunung meletus dan tsunami di Selat Sunda yang mengenai Lampung dan Banten. Bahkan juga karena kecelakaan pesawat terbang Lion Air.”

“Iya.” Kata pak Tujur. “Aktivitas alam terkhusus Bumi memang seharusnya begitu. Ia memiliki saat-saat tertentu untuk beraktivitas, karena bagi saya Bumi termasuk makhluk hidup. Ia butuh waktu istirahat, bernapas, beraktivitas, mengeluarkan kotoran, mengobati diri dari penyakit, butuh makan, butuh keamanan, butuh sahabat yang baik, dan butuh yang lainnya. Mungkin adanya gempa bumi adalah sebagai obat dia untuk memperbaiki unsur-unsur tulang belikatnya, detak nadinya. Gunung meletus sebagai bentuk dia mengobati diri, agar kulit-kulitnya tetap subur, aliran darah dalam tubuhnya tetap mengalir. Ah ngomong apa sih aku.”

“Tapikan aktivitas yang dilakukan oleh bumi itu menyebabkan terjadinya bencana, banyak orang meninggal dunia, kehilangan keluarga, sawah rusak, bangunan-bangunan hancur, dan banyak menyebabkan kerugian lainnya.” Aku menimpali.

“Ah bencana itu hanya menurut kebutuhan manusia saja. Misal, kenapa kok banjir dianggap bencana? Padahal air itu hanya memiliki aturan mengalir hanya ke sesuatu yang  kosong, ketempat yang lebih rendah, air mengalir ke rumah-rumah mu melebihi tinggi satu meter itu karena air hanya akan mengikuti lahan-lahan kosong. Kita menganggap air yang meluap dan menggenangi rumah tinggal kita, itu kita anggap sebagai bencana, karena kebutuhan tempat tinggal kita telah digenangi air. Hujan turun, kita menggerutu. Ah gak bisa pulang! Bisa terlambat nih! Ah hujan menghalangiku! Semuanya kita keluhkan, kita anggap bencana karena melihat dari sudut pandang kebutuhan kita.”

“Oh gitu ya pak.”

“Kalau menurut aku sih begitu. Kalaupun ada yang meninggal dunia, itupun bukan suatu kecelakaan bagiku. Bisa saja itu suatu keselamatan. Ya maksudku selamat di akhirat.”

“Lah kalau sudah mati begitu ya, memang sudah ajalnya pak.”

“Memangnya ajal itu hanya sebatas kematian? Mengapa kok gunung meletus tidak disebut ajal? Mengapa kemenangan PSS Sleman menjadi juara Liga 2 tidak disebut sebagai ajal? Mengapa kelahiran kita tidak disebut sebagai ajal? Mengapa Persija Jakarta menjadi juara Liga 1 tidak disebut sebagai ajal sepakbola? Padahal ajal adalah sesuatu yang tidak dapat ditunda, diundur, dibatalkan, dan dipercepat. Ajal itu mengenai momentum yang pas, ya bisa mati, hidup, keselamatan, aktivitas alam. Mengapa 3T, Tsunami Tselat Tsunda tidak disebut sebagai ajal, malah disebut bencana?” Pak Tujur serius.

Aku hanya diam dan tak ingin kalah untuk kedua kalinya. Aku ambil saja kopiku dan kutinggalkan pak Tujur sendiri.

“Bocah Cebong malah aku ditinggal. Kampret.”

Minggu, 23 Desember 2018

Malam Tahun Baru Adalah Aksi Mogok Makan Sedunia

KAMARUDIN


Entar lagi tahun baru. Sebelum tahun baru datang kita perlu mengetahui hal-hal yang tidak dibolehkan pada malam pergantian tahun baru.

Pak Tujur menghidupkan televisinya. Aku duduk di samping pak Tujur, ingin aku mengajak dia ngobrol tentang malam tahun baru. “Bahwa mengikuti suatu budaya orang lain akan menyebabkan kita menjadi golongan mereka. Secara otomatis akan menjadi golongan mereka. Apakah cirinya? Menurut aku cirinya adalah dia menggunakan, melakukan, hal yang dilakukan oleh golongan yang ia tiru.” Kataku mengawali dengan mantap. Aku melanjutkan “Pada malam tahun baru nanti sebaiknya kita jangan melakukan hal-hal yang menyebabkan kita menjadi golongan orang kafir, Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” Aku menaikkan nada bicara.

Tampak Pak Tujur yang saya berikan pencerahan ini santai saja menyeruput kopi hitamnya sambil menyimak berita tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung. Tsunami itu diprediksi terjadi karena adanya aktivitas gunung Anak Krakatau yang mengeluarkan lava. Dari berita itu aku menyimak bahwa sebanyak 168 orang tewas dan puluhan orang hilang. “Terus apa saja yang menyebabkan kita masuk dalam golongan kafir, yahudi, nasrani, dan majusi?” Pak Tujur bertanya santai.

“Pada malam tahun baru nanti kita akan banyak melihat orang-orang yang mengaku beriman tapi mereka mengikuti kaum Yahudi, Majusi, Nasrani.”

“Lah kok bisa?” Pak Tujur ngegas.

“Ditahun baru itu banyak orang-orang yang akan meniup terompet sedangkan terompet adalah budaya orang Yahudi. Pada malam tahun baru juga banya orang yang menyalakan petasan, dimana petasan itu dibakar dengan api, dan menyakan api adalah budaya dari orang Majusi. Malam tahun baru adalah ajaran Nasrani. Kalau kalian mengikuti budaya mereka maka otomatis akan menjadi golongan mereka.” Jelasku.

Pak Tujur menyeruput kopinya lagi. “Ohya. Berarti kalau kita meniup terompet otomatis kita Yahudi. Kalau menyalakan api otomatis kita Majusi. Kalau merayakan tahun baru otomatis kita Nasrani. Apakah itu yang kamu maksud?”

“Iya.” Jawabku tegas, mantap, dan membenarkan.

“Alhamdulillah, yes.” Pak Tujur tampak girang.

Lah kok malah senang, bilang Alhamdulillah. Aku terheran-heran dalam hati.

Pak Tujur melanjutkan. “Berarti tidak akan terjadi kiamat, karena kalau malaikat meniup terompet maka nanti dia tidak taat pada Tuhan. Kalau sampai malaikat meniup terompet maka dia auto Yahudi. Terus kalau kita menyalakan api itu budaya orang Majusi, mulai besok kita tidak makan lagi dong, tidak bisa menikmati sate-ayam bakar-ikan bakar, karena kalau kita sampai memasak dengan api, takutnya nanti banyak orang yang menjadi Majusi. Besok siap-siap lapar dan malam tahun baru adalah aksi mogok makan, karena tidak ada makanan dan tidak ada yang masak. Kalau keluar merayakan tahun baru akan membuat aku jadi Nasrani, yah tinggal syahadat lagi. Kan masuk Islam.” 

“Jancok. Asu. Bajingan.” Aku gak bisa istighfar lagi.

Aku tampak mempertuhankan kebenaranku.

~Jangan Lupa Ngopi dan Bercanda~

Rabu, 19 Desember 2018

Duniaku Bau Kotoran Tai

KAMARUDIN

Waktu itu salah satu sahabatnya  Amang sebutlah dia Finung pulang dari Magelang setelah mengikuti acara Maiyahan pada malam sebelumnya dan piknik-piknik di sekitaran kecamatan Borobudur. Dalam keadaan masih lelah dan kurang bertenaga ia memasuki kontrakan. 

“Jadi, kamu istirahat saja dulu.” Pinta Amang kepada sahabatnya yang tampak kelelahan.

“Amang. Aku ada kopi baru dari mbakku. Kalau mau dibuat, silahkan saja.”

“Iya.”  Amang mengambil kopi dan menyeduhnya.

Amang duduk dipojokan garasi kontrakan sambil menikmati kopi dan sebatang rokok. Garasi kontrakan yang berukuran lumayan besar sekitar enam kali empat meter, yang jadikan sebagai tempat tidur. Mereka terbiasa berbagi cerita dan sekedar kongkow tidak jelas di garasi.

Dalam satu tarikan asap rokok, Amang tiba-tiba berkata “Garasi ini bau tai, tainya mesti banyak sekali.” Amang begitu kesal dengan bau yang menggangu rokok-an dan minum kopinya. Amang kemudian pergi dari garasi dan pindah tempat tidur ke kamar tidur depan.
Belum saja Amang duduk. Tampak dirinya tidak betah dan mencium bau tai “ah kamar tidur kok gak pernah dibersihkan, kamar ini banyak tainya.” Amang pindah ke ruang tamu, dapur, dan seluruh ruang dalam kontrakannya. “Sama saja, kontrakan ini penuh dengan tai.”

Amang sangat kesal sekali, karena tidak bisa menikmati kopi dan rokoknya dengan damai. Dimana-mana ia dipenuhi dengan bau tai. Kemudia dia keluar kedepan rumah sambil memandangi tanaman yang ada didepannya. Dia meletakkan kopi disampingnya sambil menggerutu “ah disini bau tai juga, dunia ini penuh dengan tai.”

Kegagalan menikmati kopi dan rokok membuat Amang sangat-sangat kesal dan emosi gara-gara tai. Kemudian dia  masuk rumah, ia tak sengaja memandangi cermin di dinding ruang tamu. Tampak di cermin itu, bibir bagian atasnya ada tai yang menempel.

Seketika itu dia mengambil air dan membersihkannya. Amang kembali kepojokan garasi dan menikmati sebatang rokok dan kopi.

Ternyata kotoran tai yang baunya sangat menyengat itu tidak terletak pada ruangan yang ia tempati, bukan juga di dunia yang dia tinggali, namun ada di depan hidungnya. Kalau kotoran tai yang ada pada hidungnya tidak dia lihat dulu dan tidak dia bersihkan maka kemanapun kita pergi pasti akan mencium bau kotoran tai.

Maka oleh karena itu, Amang sebaiknya bercermin dulu ketika dia mencium bau kotoran, baru dia memantaskan dirinya lebih baik dulu, membuat dirinya rapi dan bersih sebelum minum kopi agar bau kotoran pada dirinya nihil. Dia jangan langsung menilai atau memaki ruangan-ruangan yang ia tempati. Semoga Amang kedepannya bisa membersihkan kotoran-kotoran pada dirinya.

Senin, 17 Desember 2018

Aras-arasan Meninggalkan Kesibukan Mikirin Makan

KAMARUDIN


Rasa-rasanya rasan-rasan pulang ke rumah. Bagaimana tidak rasan-rasan, aku sudah nyaman dan betah di Jogja. Pengennya sih kerja disana, tapi dengan syarat aku memiliki tanah disana. Tapi aku harus terima bahwa aku hanya ngekos di Jogja.

Aku harus siap untuk meninggalkan tanah Jogja, yang selama empat tahun banyak memberikan pengalaman hidup. Meninggalkan keributan teman-teman kontrakan, meninggalkan kesibukan harus makan dimana, meninggalkan kebiasaan begadang, dan meninggalkan candaan yang receh-ngawur.

Rasan-rasan rasanya meninggalkan teman-teman kontrakan yang baik. Rasan-rasan rasanya meninggalkan keseruan jalan-jalan bersama anak-anak Amaze Man, yang dulu anak-anak Lanangan ASU. Rasan-rasan rasanya meninggalkan obrolan gebetan teman, rasan-rasan rasanya meninggalkan pisuhan si kampret dan cebong Amaze Man.

Rasan-rasan rasanya meninggalkan suasana Maiyah. Begadang di Maiyah terasa begadang dipercikan surga. Setiap selesai Maiyah hidup terasa segar, semangat, senang, dan bahagia.

Rasan-rasan rasanya meninggalkan curhatan teman-teman. Rasan-rasan rasanya meninggalkan orang-orang yang butuh didengarkan, rasan-rasan rasanya meninggalkan kongkow ngalor ngidul.

Yah tepat Jumat 14 Desember 2018 kemarin aku pulang ke Lombok. Harapannya dalam waktu dekat aku kembali ke Jogja. Walaupun hanya sekedar mampir ngopi dan makan lotek.



Titik-titik Rindu dan Maiyah

KAMARUDIN


Sinau Bareng Cak Nun & Kiai Kanjeng MAN 1 Magelang
Maiyah. Pertama kali yang mengajak saya untuk mengikuti majelis ini adalah seorang teman sekaligus kakak tingkat saya yang bernama Mas Irkham. Orang yang sederhana, pintar bergaul, dan sangat peduli.

Aku diajak maiyahan kalau tidak salah sejak tahun 2015. Aku lupa sejak semester 2 atau 3, aku benar-benar lupa. Maiyah pertamaku di salah satu tempat dekat UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Bahkan aku lupa ilmu yang dipelajari waktu itu. Bahkan beberapa kali maiyahan bahkan sampai belasan kali aku belum mampu mengambil ilmunya.

Maiyah MAN 1 MAGELANG - 4 Desember 2018
Ilmu yang dapat aku ambil dari maiyahan setelah beberapa kali menjalaninya adalah tentang harga diri sebagai bangsa dan suku. Yang mengagumkan lagi dari Maiyah adalah bisa membesarkan hati dan meluaskan pikiran. Sehingga aku merasa sangat nyaman dengan majelis ini. 

Kebesaran hati dan kebahagiaan yang dituang di maiyahan membuatku selalu rindu akan maiyah. Selalu ingin maiyahan setiap malam. Selalu ingin bertemu dengan semua yang ada di majelis maiyahan, terkhusus maiyah Sinau Bareng Cak Nun & Kiai Kanjeng dan maiyah Mocopat Syafaat.
Sedulur Maiyah - Ngaji Bareng, Desa Ringinharjo Bantul

Aku juga pernah coba Maiyahan di Suluk Surakartan yang berada di pinggiran Solo. Kenapa aku sebut pinggiran Solo? Iya karena tempatnya yang langsung di perbatasan Solo dan Sukoharjo. Bahkan Banner yang di pajang pada gapura adalah perbatasan Solo dengan Sukoharjo.

Sebaiknya hasil belajar kita tentang kebaikan menjadi pola pikir dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pola pikir tentang kehidupan banyak saya temukan di Maiyah, termasuk mengenai pola pikir bagaimana kita harus menyikapi pilpres 2019.
Di Maiyah kita diajarkan untuk menjadi orang yang mendamaikan disetiap konflik kehidupan, baik konflik dalam keluarga, masyarat, dan Negara bahkan juga dalam pilpres 2019.

Kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah maka sebaiknya kita jangan menambah masalah. Serta banyak pola pikir yang aku dapatkan. Ohya aku mengingat hal yang penting yaitu kita jangan mudah berdebat tentang perbedaan, jangan memihak diantara saudara yang bertengkar tapi kita berusaha menjadi penengah mereka agar bedamai.

Imu-ilmu mengenai kebenaran, kebaikan, hikmah, dan keindahan juga banyak aku dapatka di Maiyah. Aku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu bagian diantaranya.

Jamaah Maiyah Jomblo wlwl
Kekuranganku selama Maiyahan adalah tidak mencatat kapan aku pertama kali Maiyahan, serta titik mana saja yang pernah aku kunjungi saat Maiyahan. Titik-titik yang pernah saya kunjungi diantaranya Kab. Sleman (Lapangan Pemkab acara BCS, Sidoharjo, UTY, Mancasan Lor, Wedomartani, Amikom, Condong Catur, TVRI), Kota Yogyakarta (UIN, Mandala Wanitatama, Balai Kota, Mandala Krida, Jl Veteran, Keraton, Pakualaman, Korem Kota Baru), Kab. Bantul (Mocopat Syafaat, Rumah Maiyah, Lapangan Ngestiharjo, Sewon, Imogiri, STTKD, Lap Kabupaten, Kota Gede), Kab. Kulon Progo (Nanggulan), Kota Magelang (MAN Magelang), Kab. Magelang (Santren-Muntilan), Klaten (Prambanan), Sukoharjo (Suluk Surakartan). Hanya itu yang aku ingat. Harapan aku, semoga segerakan dipertemukan dengan Majelis Maiyah. 

Minggu, 16 Desember 2018

Gadis-Gadis Peneduh Yang Melapangkan Hati

KAMARUDIN

Abaikan wajah gantengku. wlwlwl~~. Nggak sopan sekali yah.

Mereka (kecuali cowok) ialah gadis-gadis ceria, asyik, solehah, dan mereka belum ada yang menikah (2018). Cowok yang belakang juga belum nikah sih. Dia masih jomblo bagi yang berminat stalking dia, follow saja IGnya @ix.maru. Kalau Anda berminat untuk dibersamainya langsung saja DM lewat IG.

Tepat hari kamis 13 Desember 2018, mereka menyempatkan diri untuk guyon bersamaku. Mereka adalah teman-teman baikku yang memberikan banyak pandangan tentang hidup. Diam-diam aku belajar kepada mereka dan kurang ajarnya, aku mempelajari mereka.

Kedatangan mereka ke kontrakanku sebagai bagian dari pengamalan pancasila yaitu persatuan Indonesia. Hehe. Aku terima mereka dalam keadaan yang mungkin tidak bisa konsentrasi penuh untuk ngobrol dengan mereka. Tapi mereka tetap saja dalam keaadan penuh konsentrasi untuk ngobrol denganku.

Mereka memberikan kebahagiaan dan melapangkan hatiku untuk tetap bahagia. Aku kalah dengan mereka, yang belum bisa berbagi kebahagiaan untuk mereka. Jahat sekali sih aku.

Padahal besoknya aku harus pulang menuju kampung halaman di Lombok. Seharusnya saat itu aku harus bisa memberikan kebahagiaan, kebaikan, yang mungkin tidak terulang seperti saat kuliah, seperti sikap mereka hari itu. Semoga Tuhan menyegerakan kita untuk bertemu lagi. Saat Lombok terguncang gempa berbulan-bulan mulai sejak 29 Juli 2018 hingga September, skala gempa dari 5.0 sampai dengan 7.0 Mg terjadi hamper setiap hari yang meluluh lantahkan Lombok Utara dan sekitanya, mereka menanyakan kabar keluarga saya, apakah selamat atau tidak. Mereka mengkhawatirkannya.

Obrolan kami hari itu kadang mengarah ke isu pencelaan kepada salah satu pejabat pemerintah. Kadang ngobrolin Blackpink, Girl band yang terkenal dari Korea. Blackpink menjadi endors Shopee yang menyambut HARBOLNAS (Hari Belanja Online Nasional) 12.12. Eh kebetulan juga anak-anak kontrakan seneng main goyang Shopee dan ikutan kuisnya.

Ohya kita kenalan sama mereka saja ya. 
Gadis ceria manja seperti senja. Berkaca mata dan setia. Bertutur kata seperti auranya. Bergamis hitam, ku sebut dia, Ais. Satu-satunya ratu dalam dunia nyata, kalau dunia hanya sebatas aku dan dia. Wlwlwl.

Dila. Gadis termanis, kalau aku hanya mengenal dia dalam cerita tragis. Berstatus jomblo tanpa status. Kalau aku ngechat via watsap, dia bakalan gak balas-balas. Udah ya mengenai dia. Ohya dia yang menggunakan baju hitam, rok putih kebiruan (aku tidak tahu nama warnanya), dia gadis baik-baik.

Nah kalau yang berbaju merah kalian bakalan tahu, iya karena aku akan memberitahukan namanya. Dia aku sebut amel. Orangnya lucu, baik, kecil tapi memiliki keluasan hati dalam berteman. Teman-temannya tidak hanya dari manusia, tapi kadang dari dunia yang lain, bahkan menurut pengakuannya dia berteman dengan si minten. Kalau kamu mau tahu minten itu siapa tanya dia yak.

Nah yang terakhir nih. Ku panggil dia Ida. Orangnya baik, aktivis IMM, kalau tutur katanya halus, hatinya juga, wlwlwl. Kadang dia lucu, orangnya asik. Kalau mau ketemu dia langkahi mayatku dulu. Hiya-hiya. Jilbab warna hijau itulah Ida.

Nah yang belakang tidak usah kita kenal, dilewatkan saja.

Mereka dari dekat wkwk.

Mereka dari sudut pintu.
Kalau yang bawah ini bonus ya. Wlwlwl.


Semoga anak-anak kalian nanti tahu kalau kita pernah gokil wlwl.

Sabtu, 01 Desember 2018

Cumlaude Bhineka Tunggal Ika

KAMARUDIN

Di tengah riuhnya suasana politik dalam negeri. Penuh dengan warna warni demokrasi, karena sebentar lagi perhelatan pilpres akan digelar.

Aku tidak ikut menjadi bagian dari salah satu dari pendukung atau relawan setiap calon presiden. Aku cukup hanya berada ditengah agar tidak menambah masalah dan berdiam diri, karena aku tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada.

Jangan tanya dengan cintaku pada Indonesia, aku sangat mencintainya. Oleh karena itu aku tak ingin menambah masalah.
Sejenak melupakan masalah negeri, aku di sudut kampus sedang berbahagia karena telah resmi diwisuda. Tepat pada Sabtu 24 November 2018 aku di wisuda di GOR UNY. 

Kebahagiaan ini tidak hanya untuk diriku sendiri, tapi ini juga menjadi kebahagiaan keluarga besar aku. Walaupun wisudaku tidak dihadiri oleh orangtuaku secara jasad, tapi mereka telah datang secara ruh dalam suasana itu. Yang paling luar biasa adalah kedua orangtuaku hadir dengan do’a, cinta yang mengalir, hadir di dalam hatiku, dan mereka berdua ada dalam jiwaku menjadi satu.
Senyum yang ada pada diriku, tidak terlahir dari jiwaku sendiri namun ia terlahir atas cinta yang penuh keikhlasan, komitmen, ketulusan, kemesraan, kasih sayang dari kedua orangtua aku. Atas itulah segala ibadah dan upaya yang aku lakukan juga aku do’akan sebagai amal ibadah kedua orangtuaku.
Suasana bahagia ini juga ikut dirasakan oleh teman-teman seperjuangan begitu juga dengan orangtua dan sanak saudara mereka. Lihatlah senyum mereka, tidak ada beban pada mereka, kecuali beban berat badan, hiya-hiya-hiya. Mereka adalah teman sekalasku, yang dengan izin Allah memberikan kesempatan bersama untuk wisuda bareng pada periode November 2018.

Ohya kami selalu satu kelas sejak pertama kali masuk kuliah pada September 2014 sampai dengan diwisuda pada November 2018.

Jika suasana diluar sana masih berdebat tentang bhineka tunggal ika, kami sedikit lebih maju dari pada mereka yang bertengkar dengan bhineka tunggal ika, kami hidup bersama dengan kebhinekaan dan saling memahami setiap karakter masing-masing dan selalu bisa memberi toleransi secara bersama.

Buktinya ada dua golongan yang saling dapat senyum bareng, yaitu antara golongan Cum Laude dan Non Cum Laude. Kuy-kuy-kuy, ha-ha-ha-ha, hi-hi-hi (lirik lagu viral dari Thailand). Kalau aku golongan non Cumlaude, yang Cumlaude #bukangolongankami. Jika besok kamu termasuk golonganku, katakana pada golongan Cumlaude “ANDA BUKAN GOLONGAN KAMI.”
Catatan: #ANDABUKANGOLONGANKAMI diviralkan oleh dua orang standup comedy yaitu Coki dan Muslim.

Tinggalkan lirik lagu kuy-kuy-kuy-kuy ha-ha-ha-ha hi-hi-hi-hi dan begitu juga #andabukangolongankami.

Kata orang bijak itukan “sebaiknya kita berbagi sesuatu yang baik diantarangya kebahagiaan. Nah kami tidak lupa memberi senyum dan raut wajah bahagia kepada saudara-saudara di atas tribun GOR UNY yang mengikuti undangan wisuda.
Sedikit kegiatan kami setelah dibubarkan dari acara wisuda. Kami mengabadikan suasana bahagia ini dengan mengambil gambar. Setelahnya biar kami ingat dan bisa berbagi cerita pada anak kami nanti. Karena orangtua harus mampu memberikan teladan kepada anaknya.
Nah mereka adalah adik-adik gokilku. Mereka pandai memberi hiburan saat momen dimana aku lagi mumet menggarap skripsi. Tapi mereka tidak pernah disuruh menghibur, entah spontan begitu saja.

Tentu kami tidap pernah menjadwal kapan harus saling menghibur, saling membesarkan hati, dan saling menyenangkan dalam kebaikan.

Ohya, yang pakai jilbab coklat orangnya memang malu-malu. Wl wl wl wl. Mau aku zoom tapi jangan deh. Tapi aku akan menunjukkan foto yang lain.
Saking terpananya denganku, dia gak mau menghadap kamera. Hiya-hiya-hiya (ini juga dipopulerkan oleh Coki dan Muslim). Jadi jangan kau rebut dia ya!

Andai kau tahu pandangannya dia itu selalu ke wajahku. –TAPI BOHONG, HIYA HIYA HIYA HIYA- (Coki & Muslim).
Mereka mencegat aku saat ingin berfoto bersama teman-teman kelasku, terkhusus yang wisuda November 2018. Saat naik tangga kebetulan sekali pintu tangga yang sebelah utara GOR ini tertutup dan terkunci.

Mereka memanggilku dan memintaku untuk turun kasta, eh salah maksudku turun tangga.
Wah-wah kok ada asap? Ohya itu berasal dari flare yang dinyalakan oleh mahasiswa dari Pendidikan Teknik Mesin. Mereka merayakan kebahagiaan kakak tingkatnya yang diwisuda. Nah mungkin teman saya yang satu kampung juga ikut ambil bagian di sana.
Kami mendokumentasikan perayaan wisuda kami di timur GOR bagian luar. Ini terwujud karena adanya suatu kesolidan yang kami bangun selama empat tahun.
He heu, misteri jilbab coklat akhirnya terungkap. Dia, ternyata bukan pemalu juga. Aku kenalkan mereka kepada kalian yak. Kita mulai dari pojok kiri jilbab hijau Ulfah (Bantul), Amel (Klaten), Maru (Lombok), Shogi (Karang Anyar), Fifi (Bantul), Ulil (Sleman).

Akhirnya sesi foto-foto berakhir sampai sekitar jam 14 lebih. Sejenak aku dan kawan-kawan duduk di timur GOR.

Dari pagi aku belum makan, untung saja didekatku ada yang jualan bakso tusuk. Cukup untuk mengganjal perut sebelum makan.
Aku dan teman-teman yang masih di jogja sampai malam memutuskan untuk keluar mencari udara kota. Sambil menunggu waktu tiba aku ambil kencrung milik Ahmad Mursyid Arkan.

Inilah ekspresi kami di nol kilometer Malioboro, Yogyakarta. Tapi tenang saja ini hanya gambar-gambar yak.







Makasih loh sudah menyempatkan mampir. 

Kamis, 15 November 2018

Kopi Ala Sontoloyo

KAMARUDIN

gambar oleh www.liputan6.com

Aku hanya mau beritahu saja. Kalau kopi yang dibuat pak Presiden kemarin adalah kopi asli dalam negeri kita.

Negeri kita kan negeri aman damai dan sejahtera lahir dan batin. Tidak seperti negeri tetangga ribut terus gara-gara satu kata. Hai cebong, hai kampret, hai genderwo, dan kalian semua sontoloyo.
~Jangan lupa Ngopi~

Selasa, 13 November 2018

Kopi Ala Presiden

KAMARUDIN


Disuatu pagi, aku dibuatkan kopi oleh presiden terpilih Negara Kopi Panas.

Oh indahnya pagiku. Aku punya presiden yang sangat mengerti dan mencintai pemilik Negara Kopi Panas.

~Jangan lupa Ngopi.~


Sabtu, 01 September 2018

Ketika Kamu Melamar Dia, Ini Rahasia Luluhkan Hati Calon Mertua

KAMARUDIN

Pernikahannya Mbak Rosi, Banjarnegara, Jawa Tengah
Ketika diri menagih hati untuk memiliki seorang kekasih. Diri terlanjur sayang. Dengan hati ikhlas, diri harus siapkan segala sesuatu untuk memiliki kekasih.

Memiliki kekasih bukan perkara mau sama mau. Tapi perkaranya adalah diri dengan calon mertua. Terkadang disinilah tantangannya.

Sering kali ada saja cerita, kalau calon mertua bertanya hal yang kamu tidak duga.

Eh tapi jangan khawatir, itu perkara mudah. Ini tips buat kamu luluh lantahkan hati calon mertua.

Cobalah percakapan seperti ini.

“Pak. Saya mau melamar anak bapak.”

“Anakku yang mana?” Kata calon mertua.

“Yang sebelah bapak.”

“Memang kamu modal apa melamar anakku.”

“Tidak banyak sih pak. Aku hanya punya dua rokaat sebelum Subuh.”

“Apa itu?”

“Dunia dan seisinya.”

“Hanya itu! Aku mau lebih dari itu.”

Jika calon mertua tidak puas dengan jawabanmu. Lanjutkanlah seperti berikut.

“Bukan hanya itu pak, sekarang juga. Aku akan memiliki anak bapak.”

“Kurang ajar ya kamu.”

Kamu jangan kecut sampai disini. Kamu harus memperkuatkan mentalmu. Tanyakan lagi kepada calon mertuamu.

“Memang bapak maunya apa?”

“Aku hanya mau kamu jadi menantuku.”

Nah diterimalah dirimu. Eh tapi belum tentu. Kan kamu tidak sendirian datang ke rumah calon mertuamu. Kamukan bawa teman.

“Kamu yang aku pilih sebagai menantuku.” Calon mertua menunjuk temanmu. Dan ternyata kamu hanya mengantarkan temanmu. Kamu hanya juru bicaranya.

Kalau seperti itu, kamu tidak perlu putus asa. Tapi putuskan hubunganmu dengan calon pasanganmu tadi. Apapun hubungannya.

Jika itu yang terjadi pada dirimu. Tidak dapat kamu pungkiri lagi bahwa tidak ada pundak lagi tempat kau bersandar. Tapi jangan khawatir.

Jika tidak ada pundak tempat kau bersandar, ingatlah! Ada tanah tempat kau bersujud. –EAN-

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib