Di tengah riuhnya suasana
politik dalam negeri. Penuh dengan warna warni demokrasi, karena sebentar lagi
perhelatan pilpres akan digelar.
Aku tidak ikut menjadi bagian
dari salah satu dari pendukung atau relawan setiap calon presiden. Aku cukup
hanya berada ditengah agar tidak menambah masalah dan berdiam diri, karena aku
tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada.
Jangan tanya dengan cintaku
pada Indonesia, aku sangat mencintainya. Oleh karena itu aku tak ingin menambah
masalah.
Sejenak melupakan masalah
negeri, aku di sudut kampus sedang berbahagia karena telah resmi diwisuda. Tepat pada Sabtu 24 November 2018 aku di wisuda di GOR UNY.
Kebahagiaan
ini tidak hanya untuk diriku sendiri, tapi ini juga menjadi kebahagiaan
keluarga besar aku. Walaupun wisudaku tidak dihadiri oleh orangtuaku secara
jasad, tapi mereka telah datang secara ruh dalam suasana itu. Yang paling luar
biasa adalah kedua orangtuaku hadir dengan do’a, cinta yang mengalir, hadir di
dalam hatiku, dan mereka berdua ada dalam jiwaku menjadi satu.
Senyum yang ada pada diriku,
tidak terlahir dari jiwaku sendiri namun ia terlahir atas cinta yang penuh
keikhlasan, komitmen, ketulusan, kemesraan, kasih sayang dari kedua orangtua
aku. Atas itulah segala ibadah dan upaya yang aku lakukan juga aku do’akan
sebagai amal ibadah kedua orangtuaku.
Suasana bahagia ini juga ikut
dirasakan oleh teman-teman seperjuangan begitu juga dengan orangtua dan sanak
saudara mereka. Lihatlah senyum mereka, tidak ada beban pada mereka, kecuali
beban berat badan, hiya-hiya-hiya. Mereka adalah teman sekalasku, yang dengan
izin Allah memberikan kesempatan bersama untuk wisuda bareng pada periode
November 2018.
Ohya kami selalu satu kelas
sejak pertama kali masuk kuliah pada September 2014 sampai dengan diwisuda pada
November 2018.
Jika suasana diluar sana masih
berdebat tentang bhineka tunggal ika, kami sedikit lebih maju dari pada mereka
yang bertengkar dengan bhineka tunggal ika, kami hidup bersama dengan
kebhinekaan dan saling memahami setiap karakter masing-masing dan selalu bisa
memberi toleransi secara bersama.
Buktinya ada dua golongan yang
saling dapat senyum bareng, yaitu antara golongan Cum Laude dan Non Cum Laude. Kuy-kuy-kuy,
ha-ha-ha-ha, hi-hi-hi (lirik lagu viral dari Thailand). Kalau aku golongan non
Cumlaude, yang Cumlaude #bukangolongankami. Jika besok kamu termasuk
golonganku, katakana pada golongan Cumlaude “ANDA BUKAN GOLONGAN KAMI.”
Catatan: #ANDABUKANGOLONGANKAMI diviralkan oleh dua orang standup comedy yaitu Coki dan Muslim.
Tinggalkan lirik lagu
kuy-kuy-kuy-kuy ha-ha-ha-ha hi-hi-hi-hi dan begitu juga #andabukangolongankami.
Kata orang bijak itukan “sebaiknya
kita berbagi sesuatu yang baik diantarangya kebahagiaan. Nah kami tidak lupa
memberi senyum dan raut wajah bahagia kepada saudara-saudara di atas tribun GOR
UNY yang mengikuti undangan wisuda.
Sedikit kegiatan kami setelah
dibubarkan dari acara wisuda. Kami mengabadikan suasana bahagia ini dengan
mengambil gambar. Setelahnya biar kami ingat dan bisa berbagi cerita pada anak
kami nanti. Karena orangtua harus mampu memberikan teladan kepada anaknya.
Nah mereka adalah adik-adik
gokilku. Mereka pandai memberi hiburan saat momen dimana aku lagi mumet
menggarap skripsi. Tapi mereka tidak pernah disuruh menghibur, entah spontan
begitu saja.
Tentu kami tidap pernah
menjadwal kapan harus saling menghibur, saling membesarkan hati, dan saling
menyenangkan dalam kebaikan.
Ohya, yang pakai jilbab coklat
orangnya memang malu-malu. Wl wl wl wl. Mau aku zoom tapi jangan deh. Tapi aku
akan menunjukkan foto yang lain.
Saking terpananya denganku, dia
gak mau menghadap kamera. Hiya-hiya-hiya (ini juga dipopulerkan oleh Coki dan
Muslim). Jadi jangan kau rebut dia ya!
Andai kau tahu pandangannya dia
itu selalu ke wajahku. –TAPI BOHONG, HIYA HIYA HIYA HIYA- (Coki & Muslim).
Mereka mencegat aku saat ingin
berfoto bersama teman-teman kelasku, terkhusus yang wisuda November 2018. Saat
naik tangga kebetulan sekali pintu tangga yang sebelah utara GOR ini tertutup
dan terkunci.
Mereka memanggilku dan
memintaku untuk turun kasta, eh salah maksudku turun tangga.
Wah-wah kok ada asap? Ohya itu
berasal dari flare yang dinyalakan oleh mahasiswa dari Pendidikan Teknik Mesin.
Mereka merayakan kebahagiaan kakak tingkatnya yang diwisuda. Nah mungkin teman
saya yang satu kampung juga ikut ambil bagian di sana.
Kami mendokumentasikan perayaan
wisuda kami di timur GOR bagian luar. Ini terwujud karena adanya suatu kesolidan
yang kami bangun selama empat tahun.
He heu, misteri jilbab coklat
akhirnya terungkap. Dia, ternyata bukan pemalu juga. Aku kenalkan mereka kepada kalian yak.
Kita mulai dari pojok kiri jilbab hijau Ulfah (Bantul), Amel (Klaten), Maru
(Lombok), Shogi (Karang Anyar), Fifi (Bantul), Ulil (Sleman).
Akhirnya sesi foto-foto
berakhir sampai sekitar jam 14 lebih. Sejenak aku dan kawan-kawan duduk di timur
GOR.
Dari pagi aku belum makan,
untung saja didekatku ada yang jualan bakso tusuk. Cukup untuk mengganjal perut
sebelum makan.
Aku dan teman-teman yang masih
di jogja sampai malam memutuskan untuk keluar mencari udara kota. Sambil
menunggu waktu tiba aku ambil kencrung milik Ahmad Mursyid Arkan.
Inilah ekspresi kami di nol
kilometer Malioboro, Yogyakarta. Tapi tenang saja ini hanya gambar-gambar yak.
Makasih loh sudah menyempatkan mampir.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkomentar.