Sabtu, 01 Desember 2018

Cumlaude Bhineka Tunggal Ika

KAMARUDIN

Di tengah riuhnya suasana politik dalam negeri. Penuh dengan warna warni demokrasi, karena sebentar lagi perhelatan pilpres akan digelar.

Aku tidak ikut menjadi bagian dari salah satu dari pendukung atau relawan setiap calon presiden. Aku cukup hanya berada ditengah agar tidak menambah masalah dan berdiam diri, karena aku tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada.

Jangan tanya dengan cintaku pada Indonesia, aku sangat mencintainya. Oleh karena itu aku tak ingin menambah masalah.
Sejenak melupakan masalah negeri, aku di sudut kampus sedang berbahagia karena telah resmi diwisuda. Tepat pada Sabtu 24 November 2018 aku di wisuda di GOR UNY. 

Kebahagiaan ini tidak hanya untuk diriku sendiri, tapi ini juga menjadi kebahagiaan keluarga besar aku. Walaupun wisudaku tidak dihadiri oleh orangtuaku secara jasad, tapi mereka telah datang secara ruh dalam suasana itu. Yang paling luar biasa adalah kedua orangtuaku hadir dengan do’a, cinta yang mengalir, hadir di dalam hatiku, dan mereka berdua ada dalam jiwaku menjadi satu.
Senyum yang ada pada diriku, tidak terlahir dari jiwaku sendiri namun ia terlahir atas cinta yang penuh keikhlasan, komitmen, ketulusan, kemesraan, kasih sayang dari kedua orangtua aku. Atas itulah segala ibadah dan upaya yang aku lakukan juga aku do’akan sebagai amal ibadah kedua orangtuaku.
Suasana bahagia ini juga ikut dirasakan oleh teman-teman seperjuangan begitu juga dengan orangtua dan sanak saudara mereka. Lihatlah senyum mereka, tidak ada beban pada mereka, kecuali beban berat badan, hiya-hiya-hiya. Mereka adalah teman sekalasku, yang dengan izin Allah memberikan kesempatan bersama untuk wisuda bareng pada periode November 2018.

Ohya kami selalu satu kelas sejak pertama kali masuk kuliah pada September 2014 sampai dengan diwisuda pada November 2018.

Jika suasana diluar sana masih berdebat tentang bhineka tunggal ika, kami sedikit lebih maju dari pada mereka yang bertengkar dengan bhineka tunggal ika, kami hidup bersama dengan kebhinekaan dan saling memahami setiap karakter masing-masing dan selalu bisa memberi toleransi secara bersama.

Buktinya ada dua golongan yang saling dapat senyum bareng, yaitu antara golongan Cum Laude dan Non Cum Laude. Kuy-kuy-kuy, ha-ha-ha-ha, hi-hi-hi (lirik lagu viral dari Thailand). Kalau aku golongan non Cumlaude, yang Cumlaude #bukangolongankami. Jika besok kamu termasuk golonganku, katakana pada golongan Cumlaude “ANDA BUKAN GOLONGAN KAMI.”
Catatan: #ANDABUKANGOLONGANKAMI diviralkan oleh dua orang standup comedy yaitu Coki dan Muslim.

Tinggalkan lirik lagu kuy-kuy-kuy-kuy ha-ha-ha-ha hi-hi-hi-hi dan begitu juga #andabukangolongankami.

Kata orang bijak itukan “sebaiknya kita berbagi sesuatu yang baik diantarangya kebahagiaan. Nah kami tidak lupa memberi senyum dan raut wajah bahagia kepada saudara-saudara di atas tribun GOR UNY yang mengikuti undangan wisuda.
Sedikit kegiatan kami setelah dibubarkan dari acara wisuda. Kami mengabadikan suasana bahagia ini dengan mengambil gambar. Setelahnya biar kami ingat dan bisa berbagi cerita pada anak kami nanti. Karena orangtua harus mampu memberikan teladan kepada anaknya.
Nah mereka adalah adik-adik gokilku. Mereka pandai memberi hiburan saat momen dimana aku lagi mumet menggarap skripsi. Tapi mereka tidak pernah disuruh menghibur, entah spontan begitu saja.

Tentu kami tidap pernah menjadwal kapan harus saling menghibur, saling membesarkan hati, dan saling menyenangkan dalam kebaikan.

Ohya, yang pakai jilbab coklat orangnya memang malu-malu. Wl wl wl wl. Mau aku zoom tapi jangan deh. Tapi aku akan menunjukkan foto yang lain.
Saking terpananya denganku, dia gak mau menghadap kamera. Hiya-hiya-hiya (ini juga dipopulerkan oleh Coki dan Muslim). Jadi jangan kau rebut dia ya!

Andai kau tahu pandangannya dia itu selalu ke wajahku. –TAPI BOHONG, HIYA HIYA HIYA HIYA- (Coki & Muslim).
Mereka mencegat aku saat ingin berfoto bersama teman-teman kelasku, terkhusus yang wisuda November 2018. Saat naik tangga kebetulan sekali pintu tangga yang sebelah utara GOR ini tertutup dan terkunci.

Mereka memanggilku dan memintaku untuk turun kasta, eh salah maksudku turun tangga.
Wah-wah kok ada asap? Ohya itu berasal dari flare yang dinyalakan oleh mahasiswa dari Pendidikan Teknik Mesin. Mereka merayakan kebahagiaan kakak tingkatnya yang diwisuda. Nah mungkin teman saya yang satu kampung juga ikut ambil bagian di sana.
Kami mendokumentasikan perayaan wisuda kami di timur GOR bagian luar. Ini terwujud karena adanya suatu kesolidan yang kami bangun selama empat tahun.
He heu, misteri jilbab coklat akhirnya terungkap. Dia, ternyata bukan pemalu juga. Aku kenalkan mereka kepada kalian yak. Kita mulai dari pojok kiri jilbab hijau Ulfah (Bantul), Amel (Klaten), Maru (Lombok), Shogi (Karang Anyar), Fifi (Bantul), Ulil (Sleman).

Akhirnya sesi foto-foto berakhir sampai sekitar jam 14 lebih. Sejenak aku dan kawan-kawan duduk di timur GOR.

Dari pagi aku belum makan, untung saja didekatku ada yang jualan bakso tusuk. Cukup untuk mengganjal perut sebelum makan.
Aku dan teman-teman yang masih di jogja sampai malam memutuskan untuk keluar mencari udara kota. Sambil menunggu waktu tiba aku ambil kencrung milik Ahmad Mursyid Arkan.

Inilah ekspresi kami di nol kilometer Malioboro, Yogyakarta. Tapi tenang saja ini hanya gambar-gambar yak.







Makasih loh sudah menyempatkan mampir. 

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah berkomentar.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib