Senin, 28 Mei 2018

Syakia. Melegakan Nafasku, Mengalir Dengan Indah

KAMARUDIN

Sementara Syakia menyapaku dan yang lain sibuk membicarakan tugas kuliah akhir semester. 

Sungguh aku bermain dengan hati. Senyum Syakia membuatku bermain hati. Melegakan nafasku, mengalir dengan indah. 

Sementara Syakia bertanya kepadaku. 
"Mas apa kabar?"

Aku belum menyelesaikan permainan hatiku. Syakia memulai dengan permainan baru.
"Aku baik-baik saja Sya. Kalau kamu bagaimana Sya?"

"Aku juga baik-baik saja mas. Ohya mas, aku pergi dulu ya. Aku mau menyelesaikan tugasku dulu sama teman-teman."

Syakia mengakhirinya dengan senyuman.

Hatiku membiru.[] 

Sabtu, 26 Mei 2018

Agar Terlindung Dari Bahaya Dan Agar Merasa Tenang, Bacalah Wirid Ini

KAMARUDIN


Pada tulisan kali ini saya akan berbagi wirid agar kita mendapatkan ketenangan dalam hidup ini. Wirid ini dapat digunakan agar kita juga mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

Ketika kita dalam situasi tidak tenang ataupun merasa ketakutan wirid ini juga dapat kita gunakan agar terlindung dari sesuatu yang tidak baik.

Wirid ini dibaca sebanyak-banyaknya (semampunya). Bacaannya sebagai berikut:

وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا 

Kalimat tersebut merupakan bagian dari ayat kursi.

Jika kamu mampu membaca ayat kursi sebanyak-banyaknya sebagai wirid yang kamu gunakan juga tidak apa-apa.

Selasa, 22 Mei 2018

Akhlak Kita Kepada Makhluk Tuhan Merupakan Akhlak Kita Kepada Tuhan

KAMARUDIN

Ngopi @kafeblandongan Yogyakarta
“Akhlak kita kepada makhluk Tuhan yang lain merupakan akhlak kita kepada Tuhan. Kalau kita menghadap ke Tuhan dengan ikhlas dan begitu juga seharusnya ke orang lain dengan ikhlas. Kalau yang kita lakukan ke Tuhan adalah kebaikan maka begitu juga kita ke makhluk Tuhan. Sebenarnya saya cukup berat mengatakan bahwa makhluk hidup adalah perwujudan dari Tuhan –takutnya orang lain salah memahaminya.”  
Amang duduk mantap dengan mengangkat kaki kanan setengah sambil menikmati kopi.

“Sama saja kamu mengatakan Makhluk adalah Tuhan dong Mang. Tapi benar juga sih Mang maknanya tidak menuhankan manusia. Manusia ada karena Tuhan.” Finung memahami isi pembicaraan Amang.

“Pemikiran ini saya temukan ketika saya melaksanakan solat maghrib.”

“Kok bisa! Berarti itu menandakan solatmu tidak khusuk?”

“Aku tidak tahu. Tapi proses datangnya ilmu bagi saya itu melalui medium yang sangat luas, artinya lewat apapun dan proses apapun bisa. Sholat yang khusyuk juga shalat yang dapat dinikmati keindahannya.” Amang menegaskan.

“Ya ya ya.” Finung menyetujui.

Mereka berdua serius dengan pembicaraan itu. Pembicaraan mereka yang mendalam biasanya dilakukan dengan serius dan cermat. Finung, kenyataannya memiliki kemampuan berpikir luas, dalam, dan berimbang. Tapi karena dia adalah adik dari Amang, ia merendah hati dan iklhas menjadi pendengar setia kakaknya.

“Kembali ke akhlak.  Menurut saya juga, bahwa goal dari ibadah dan alqur’an adalah akhlak. Goal yang saya sebut ini adalah salah satu dari banyak goal lainnya. Akhlak merupakan bentuk konkrit dari Rahman dan Rahim. Dalam pembukaan kitab Al-qur’an sifat Tuhan yang inilah yang pertama-tama disebut. Dengan arti lain bahwa Tuhan adalah zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha pengasih dan penyayang adalah akhlak yang sangat agung dari Tuhan. Maka manusia yang diajari oleh Tuhannya untuk selalu berbuat pengasih dan penyayang kepada makhluk tuhan yang lainnya, idealnya melakukan hal tersebut dalam setiap tingkah lakunya.” 

Amang menyentuh Al-Qur’an dan ibadah. Tidak lain maksud Amang memberikan pemahaman-pemahaman yang membuka pikiran Finung adalah untuk menjadi kebaikan tersebar kesuluruh jagat Bumi.

“Eh kopimu habis Mang.” Finung menjeda.

“Aku minta tolong boleh?”

“Buatin kopi kah?”

“Ya, kamu kok pengertian sekali apa yang aku mau. Semoga kepedulianmu selalu bertambah.” Amang menggoda.

“Tapi ada syaratnya Mang.”

“Oke syaratnya apa?”

“Tambahin ilmu buat aku dong nanti tentang pertanyaanku yang selama ini selalu ada dalam pikiranku.” Finung menarik pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya.

“Ya ya, kamu buatin kopi saja dulu buat kakak.”

“oke.” Finung pergi meninggalkan tempat duduknya.
         
Suasana pagi semakin dingin. Hujan di luar rumah semakin deras menambah suasana semakin santai dengan kopi, akan lebih santai dari pada mengeluhkan hujan turun yang menunda pekerjaan di sawah punya ayahnya. Ini juga merupakan suatu hal yang baik untuk bersantai, beristirahat dari pekerjaan yang tidak selesai-selesai.
            
           “Tadi Amang mengatakan bahwa makhluk adalah perwujudan dari Tuhan.” Nurdin masuk ke tempat duduk santaiku.
           
          “Terima kasih kamu telah mengingatkan. Ohya tidak tepat juga sih kita menyatakan makhluk sebagai perwujudan Tuhan. Karena Tuhan tidak ada yang dapat menandinginya. Tidak ada yang serupa denganNya. Mungkin yang tepat untuk sekarang, makhluk adalah bukti adanya sang pencipta yaitu Tuhan.”
          “Kalau makhluk sebagai perwujudan Tuhan mungkin terlalu ekstrim. Nanti akan terjadi banyak anggapan yang memancing dan menyulutkan pendapat yang disertai dengan ketidak objektifan saudara-saudara kita untuk melakukan konfirmasi kepada kita yang mengatakan bahwa makhluk adalah perwujudan Tuhan. Mungkin untuk sekarang dengan cara berpikir saudara-saudara kita maka kita sebut dengan bukti adanya Sang Pencipta. Tuhan.” Finung mengimbangkan.

Amang merasakan sesuatu yang kurang dalam hatinya. Ia melanjutkan perkataannya. “Tapi sebenarnya untuk sementara ada dua kemungkinan asal diciptakannya manusia dan makhluk lainnya. Yaitu dari Tuhan itu sendiri atau dari ketiadaan menjadi ada. Tuhan menciptakan makhluk dari ketiadaan menjadi ada. Makanya dari kedua hal tersebut aku menyatakan bahwa Makhluk atau manusia adalah perwujudan Tuhan atau kalau lengkapnya perwujudan dari adanya Tuhan.”

“Penggunaan kalimat yang lebih baik menurut aku menggunakan kalimat Makhluk adalah perwujudan dari adanya Tuhan.” Finung menyampaikan pendapatnya.

“Ya. Mungkin itu lebih baik agar orang lain lebih mampu memahaminya.” Amang menyepakati usulan Finung.[]

Kamis, 17 Mei 2018

Siapapun Yang Kita Hadapi, Sejatinya Saat Itu Juga Kita Menghadap Tuhan

KAMARUDIN

Pantai Mawun, Lombok

Yang dipikirkan Amang hanya ingin membagikan pikiran-pikiran yang tidak biasa didengar oleh orang lain. Terkadang terdengar aneh dan nyeleneh. Walau Amang adalah orang yang biasa saja. Tapi pemikirannya diluar kebiasaan orang lain.

“Saat kamu menghadap aku, saat itu juga kamu menghadap kepada Tuhan.” Amang memulai aneh.

“Apa sih?” Tio dingin menghadapi Amang. Tidak tahu arah pembicaraan Amang.

“Kamu percayakan kalau kita bisa bertemu dengan Tuhan?”

“Iya saya percaya itu.”
Tio masih tidak paham pembicaraan yang dimaksud Amang.

“Tahu tidak maksud saya?” Amang mencoba mengkonfirmasi kepada Tio.

“Maaf aku tidak tahu. Kamu mau mengajak aku berpikir filosopi?”

“Tidak sih. Tapi aku ingin berbagi pola pikir. Bagaimana mau tidak?” Amang membujuk.

“Nggak ah. Malas.”

“Tapi aku akan membagikannya, walau kamu tidak mendengarnya.” Amang mencoba mempengaruhi. “Tio pasti percaya. Kalau kita bisa bertemu dengan Tuhan dimana-mana, kapan saja, dengan keadaan apapun. Tetapi kita tidak mampu melihat Tuhan dengan mata kita, sehingga terkadang kita merasa tidak menghadap Tuhan. Kamu juga percaya bahwa Tuhan Maha Melihat, Tuhan Maha Tahu apapun yang kita sembunyikan dan apapun yang kita tampakkan.”

Lah terus?” Tio terpengaruh. Mengambil posisi tegak menghadap Amang.

“Nah saat ini juga kamu menghadap Tuhan.” Amang nyeletuk.

“Ayolah aku lagi mau serius Amang. Aku mau mendengarkan kalimat-kalimat yang sepertinya bermanfaat bagiku.”

“Saya mau tanya ke kamu Tio. Kita kan sama-sama percaya, kalau kita bisa bertemu Tuhan dimana-mana?”

“Iya saya percaya tentang hal itu.”

“Kemudian sekarang kita ngobrol di sini. Apakah Tuhan saat ini ada di antara kita?” Amang mencoba memperjelas dengan memancing Tio berpikir.

“Iya. Tuhan saat ini ada di antara kita. Tapi kita tidak bisa melihat dengan mata kita. Kita bertemu dengannya saat ini.”

“Berarti kamu sudah tahu yang saya maksud dengan saat kamu menghadap aku, saat itu juga kamu menghadap kepada Tuhan.” Amang mau tahu sampai dimana pemahaman Tio.

“Aku sudah mulai tergambarkan.”

“Kemudian yang kedua. Kamu percaya bahwa Tuhan Maha Melihat –apa yang kamu sembunyikan kepada saya, Tuhan Maha Tahu– apa yang ada dalam hatimu saat menghadap kepada saya. Maka itu menunjukan juga bahwa saat kamu menghadap aku, saat itu juga kamu menghadap kepada Tuhan. Ini bukan berarti saya mempertuhankan diri. Ini hanya untuk memudahkan kamu memahami bahwa apapun yang kita lakukan di Dunia ini, bahwa sejatinya kita menghadap Tuhan. Jika kita melakukan kebaikan kepada makhluk Tuhan saat itu juga kita melakukan kebaikan dihadapan Tuhan. Begitu juga sebaliknya melakukan hal yang tidak baik kepada siapapun dan kepada apapun. Maka perbuatan tersebut kita lakukan di hadapan Tuhan.” Amang menjelaskan dengan panjang.

Tio merenug. Mencoba menyerap yang disampaikan oleh Amang. Ia mengernyitkan kepalanya untuk memfokuskan pikirannya.

Beberapa saat kemudian. “Baiklah aku paham dengan maksud pembicaraanmu kali ini. Luar biasa. Aku mulai terbuka pikiran. Ketika aku menghadap siapapun, menghadap apapun bahwa saat itu juga sejati aku menghadap Tuhan. Tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan Tuhan.” Tio sejenak merenggangkan jari tangannya.

“Ohya Amang hampir lupa menceritakan kisah Rasulallah SAW saat didatangi oleh lelaki yang tak dikenal. Lelaki itu datang dengan pakain sangat putih, rambutnya sangat hitam, dan tidak tampak sama sekali bekas perjalanan pada lelaki itu. Sehingga membuat hadirin yang bersama Rasulallah SAW terheran. Lelaki itu memposisikan dirinya sangat dengan Rasulallah SAW. Ia datang bertanya kepada Rasulallah SAW seperti orang yang lebih tahu dari pada Rasulallah SAW. Dari setiap pertanyaan yang dijawab oleh Rasulallah SAW, lelaki itu selalu merespon dengan mengatakan engkau benar. Salah satu yang ditanyakan oleh lelaki itu kepada Rasulallah SAW adalah Apa itu Ihsan. Kemudian Rasulallah SAW menjawab hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika engkau tidak bisa maka yakinlah bahwa Allah melihatmu.” Amang menarik nafasnya sejenak. “Jadi hal tersebut menjadi penguat kita dalam melakukan apapun di dunia ini. Landasannya adalah Allah selalu melihat kita, Tuhan selalu mengetahui sesuatu yang kita lakukan. Tidak ada yang luput dari pengawasan Allah. Dia selalu mengawasi kita. Saat inipun Allah melihat kita. Mungkin kamu ingat bahwa tujuan manusia dan jin diciptakan di Dunia ini adalah untuk ibadah. Maka saat ini kita jadikan ibadah dan yakinlah Allah melihat kita.”

“Sebentar saya mau tanya. Lelaki yang datang kepada Rasulallah itu siapa?”

“Beliau adalah Jibril.”[]

Kamis, 03 Mei 2018

Ayah Luar Biasa Dan Ibu [Penjual di] Angkringan Yang Berpengetahuan

KAMARUDIN

#Sak1

3 Mei, Saya berada di garasi kontrakan milik teman saya. Aku menginap.

Dini hari 02.21
Aku bangun menonton Roma vs Liverpool dalam gelaran UEFA Champions League. Tidak sampai 5 menit aku kembali lagi ke kasur.

Terbangun dari tidur, tepatnya di jam 04.35, rasa kantukku sangat berat. Sekejap aku berdiri. Aku tidur lagi.

Pagi ke kampus, sekitar jam 8.

Urusan saya telah selesai, dan tidak sengaja aku bertemu dengan sahabatku, si Raisa. Dia harus berjalan agak terpincang, sepertinya ia tidak bisa mengendarai motornya. Ke kampus, dia diboncengi bapaknya. Sungguh ayahnya yang luar biasa menemani perjuangan anaknya untuk menyelesaikan dan kesuksesan kuliah anaknya.

Aku sapa dia dan sekaligus  juga ayahnya. Aku salim sama ayahnya, saya harus turun
dari motor dan salim sama bapaknya.

Di kampus 2 UNY saya sejenak menyejukkan badan di Perpustakaan. Bertemu dengan
teman saya, ngobrol dan guyon sebentar kemudian aku menuju angkringan.

"Mas". Sapa seorang wanita dengan semangat dari motor. Wajahnya ditutup masker
dan aku sepertinya tidak mengenal suaranya. Ah bikin tambah semangat saja.

Aku melangkahkan kakiku menuju angkringan. Sesampai di angkringan, ternyata nasi yang saya mau makan telah habis.

Aku menggantinya dengan susu dan gorengan dua. Cukup dengan harga 3.500. Lumayan mengganjal perut sampai malam.

Saat duduk dengan ibu yang jualan di angkringan. Kami mengobrol menganai ketidak sukaan saya makan ikan.

Saya ceritakan kepada beliau.
Aku tidak bisa makan ikan sejak SD bu. Sebelumnya saya sangat suka ikan, kalau dulu pas kecil 'kata ibu saya, kalau tidak ada  ikan, saya tidak mau makan. Tapi sekarang ikan tidak bisa masuk dari mulut saya. Semua yang hidup di air, aku tidak bisa memakannya, kecuali cumi. Aku sangat menyukai cumi.
 Ceritaku.

Pengetahuan seorang penjual di angkringan sangatlah luas, mulai dari urusan kampus saya.

Mas kamu udah mau selesai ya.
 Tanya dia padaku.
Iya bu. Tinggal penelitian.

Katanya besok PGSD mau di pindah ya ke pusat?

Kayaknya iya bu. Gedungnya tinggal finishing.

Tapi, paling 1 semester lagi gedung ini dipakai mas. Kan finising memerlukan waktu yang lumayan lama.
Pungkas dia.

Iya mungkin bu.

Magrib telah tiba. Aku pergi memotong rambut yang sudah sangat lebat seperti daun-daun beringin. Akhirnya dipangkas juga rambutku.

[Aku menulis ini di kamar kos no 1 punya teman saya. 03 Mei 2018]

Selasa, 01 Mei 2018

Gitu Aja Kok Repot, Ngopi Dan Ngakak Bareng Itu Jangan Sampai Dipisahkan

KAMARUDIN


Tiada lain hidup itu adalah gurauan semata. Namun gurauannya harus serius. Bergurau dalam hidup itu tidak untuk digurau-guraukan. 

Jangan juga pergurauan dunia itu meropotkanmu. Jangan kaku banget sama hidup, ada saatnya kamu harus tertawa ada saatnya kamu harus serius.

Pertemukanlah bergurau dengan serius, agar hidup tambah asik dan bermakna. Ibarat kopi dan ngakak barenga. Kopinya harus benar-benar kopi, dan ngakaknya harus berbahagia.

Kalau ada hastag #2019daunmarupresiden. Kamu jangan baper. Gitu saja kok baper, gitu saja kok repot. 

Pada tulisan sebelumnya pernah saya ceritakan penderitaan dan kepolosan saya saat dikerjain si Tomi. Kamu bisa baca bagi yang belum baca tentang saya diajak untuk bimbingan di warung jagung.

Selain itu saya juga akan menceritakan bahwa saya sebelumnya pernah mengerjai si Tomi. Saat itu juga korban saya bukan hanya Tomi, tapi satu lagi namanya Damir.

Saat itu kami berjalan-jalan di perpustakaan terbesar di Asia Tenggara. Apakah disini ada yang tahu itu di mana? Atau mungkin kamu pernah berkunjung kesana?

Sebagian besar mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta tidak akan asing dengan perpustakaan tersebut. Grahatama Pustaka yang dikelola oleh BPAD DIY.

Bersama tiga teman saya memilih duduk di Gazebo bagian timur gedung Perpustakaan. Di depan kami sudah siap sedia dua gelas berisi kopi. Kami bertiga mengelilingi gelas kopi, sepertinya kami sangat menikmatai kopi itu.

Bahwa kopi tersebut bukanlah kopi pesanan kami, tapi kopi tersebut adalah sisa yang ditinggalkan oleh orang lain. Kami tak sempat menikmati kopi tersebut, hanya saja sisa kopi itu kami sediakan untuk Tomi. Biarkan saja dia yang menikmatinya.

Kopi tersebut sangat dingin dan sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Karena telah dikerumuni oleh kawanan semut yang menikmatinya. Namun dengan kejailan saya dan teman-teman meracik kembali kopi tersebut dengan apik sehingga terlihat sangat layak untuk dikonsumsi.

Saya dan teman-teman kalau duduk seperti itu, kurang abdol kalau tidak ada kopi. Karena kebiasaan itu akhirnya yang membawa niat jahil saya dan teman-teman mengerjai si Tomi.

Datanglah si Tomi yang barusan keluar dari sayap selatan perpustakaan.

Cah aku ngelak banget. [Teman aku haus banget.]

Ia langsung menarik gelas berisi kopi dan langsung meminumnya.

Kok anyep. [Kok dingin.]

Aku dan yang lain tidak bisa menahan tawa. Aku ngakak, begitu juga yang lain. Kami rasanya bahagia banget tertawa karena berhasil mengerjai si Tomi.

Berselang beberapa waktu. Kabarnya Damir akan menyusul kami.

Kami berpikir ini adalah kesempatan kedua. Kami tata kembali gelas kopi itu dengan rapid an siap diminum.

Cah, iki kopi ne sopo? [Ini kopinya siapa?]

Diombe wae. [Diminum saja.]

Ia langsung meminum kopi tersebut. Dan sepertinya menikmatinya. ~Wel wel wel. Berhasil juga kami ngakak, untuk kedua kalinya. Terutama Tomi yang sepertinya balas dendam.

Diem-diem bae, Ngopi woe.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib