Rabu, 21 Maret 2018

Aku Dibuat Ragu Oleh Dirinya

KAMARUDIN


Setelah solat maghrib perutku menagih untuk makan. Krok… krok… krok… bunyi lambungku. Aku injak saja kaki penghidup mesin motorku dan kutancapkan gas menuju warung makan Alalo di jalan Glagahsari.

Walaupun warung itu ditunjukkan di jalan Glagahsari. Sebenarnya warung Alalo tidak berada di jalan Glagahsari. Tetapi di samping jalan Glagahsari. Kalau di jalan adanya polisi tidur dan marka. Kalau yang di tengah jalan namanya pembatas jalur antara kiri dan kanan. Jadi sesuatu yang kamu mendengar dari orang jangan mudah percaya dan kamu perlu memikirkannya.

Motor yang saya pakai ini tidak seperti motor biasanya, kalau motor keluaran dari Londo ada CBR, Yamaaf ada Vixion, dan aku memakai keluaran dari Kawasaki. Merk motornya adalah Iblis Coy dari Kawasaki, eh maksudku Awaksakik.

Sesampai di warung Alalo, aku memarkir motor kebanggaanku yang keluarannya sangat langka. Tempat parkir yang tidak datar alias miring. Membuatku harus berkali-kali memastikan apakah Iblis Coy andalanku terparkir dengan baik atau tidak. Disaat yang bersamaan terdengar suara seorang gadis di belakang aku.

“Nggak jatuh kok. Nggak jatuh kok. Nggak jatuh kok.”

Berkali-kali si gadis itu mengucapkan kalimat yang sama. Hingga aku merasa terpanggil untuk melihat kebelakang.

Settt. Dalam sekejap gadis itu mengucapkan kata terakhirnya dihadapan mataku. “Nggak jatuh.” Ia mengucapkan sambil tangannya yang memegang kunci mengarah kedepan mataku.

Aku terpaku melihat gadis itu. Mulutku membisu. Tanganku tidak bergerak seketika. Lima detik lamanya aku memandang matanya dan wajahnya yang calm. Aku tidak ingin lepas darinya. Hampir saja… namun.

Kemudian aku meninggalkannya dan membuang muka. Tanpa mengucapkan secuil perkataan pada gadis itu.

Aku masuk ke dalam warung Alalo mengambil nasi, lauk, dan memesan minum es teh. Aku memilih meja makan dan tak terlupa kursi tempat duduk. Aku meletakkan makananku.

Aku belum saja duduk dan menikmati makananku. Tiba-tiba ada yang membuat hatiku harus tak nyaman dan berperang dengan aku.

“Gadis tadi mengatakan padaku bahwa motorku nggak akan jatuh. Kemudian aku hanya memberikan ekspresi datar. Tanpa ada ucapan sekatapun dari mulutku. Disatu sisi aku menyalahkan diriku. Kalau aku tidak membalas sapaan gadis itu berarti aku salah. Disisi yang lain juga aku harus menyapa kembali gadis itu.”

Kemudian aku melihat kebelakang tempat aku memarkir motor. Ternyata dia, gadis calm dan cantic itu masih ada di sana. Aku menghendaki diriku untuk menyapa gadis itu. Tapi aku tidak tahu caranya. 
Tapi kalau tidak maka aku telah mengecewakannya, mengacanginya. Lumayan juga sih dia cantic untuk dilihat lagi wkwk.

Ah aku nekat saja. Mboh, apa yang akan terjadi selanjutnya. Sepatuku melekat dikakiku dan terdengar suara ketukan dari sepatuku. Tuk tik tak tik tuk, mirip suara sepatu kuda ya?

Sett. Aku di depan gadis itu. “Mbak.” Aku membuka pembicaraan.

“Iya mas.” Mata gadis itu menatap penuh yakin.

Terbayang wajahnya mengelilingi kepalaku akan dia.

“Tadi sampain menyapa aku nggak?”

Mbaknya tanpa ragu menyatakan dan penuh keyakinan. “Mboten mas. Tidak mas.”

Tett. Aku langsung membuang muka dari gadis itu. Aku tinggalkan dia. Dan pertanyaan “tadi sampaian menyapa aku nggak?” Adalah ucapan terkahir aku kepada gadis itu. Aku kembali ke tempat dudukku dan langsung melahap makananku.

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah berkomentar.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib