Ini
mungkin bisa dikatakan polos dalam menuliskan ruang dan waktu kehidupan yang
terus saya/manusia proses pada sabilillah
dan menuju innaa ilaihi raaji’uun.
Letak
ruang dan waktu dalam kehidupan manusia, mereka harus menemukan sesuatu hal
yang membuat mereka senang dan membuat Tuhan senang. Hingga manusia menemukan
betapa Maha Senang(nya) Tuhan.
Ruang
yang damai untuk didiami dan ditinggali adalah ruang yang disenangi Tuhan. Jika
manusia memasuki ruang yang disenangi Tuhan maka kesenangannya itu adalah kesenangan
yang menjati diri dalam kehidupan ini dan kehidupan menuju innaa ilaihi raaji’uun.
Sabilillah
bagi saya adalah menjalankan kehendak diri dengan yang dikendaki Tuhan. Manusia
bertugas menemukan ketepatan kehendak diri sendiri dengan yang dikehendaki
Tuhan dalam ruang dan waktu yang tepat. Sabilillah
inilah yang menjadi modal manusia untuk innaa
ilaihi raaji’uun.
Innaa ilaihi raaji’uun
adalah urusan yang paling dekat dan pasti. Bahkan urusan innaa ilaihi raaji’uun ini belangsung di setiap ruang dan waktu yang
manusia jalani dalam kehidupannya, manusia harus menemukan bahwa urusan mereka
berada pada Innaa ilaihi raaji’uun
-kembali kepada Tuhannya. Setiap urusan kehidupan di dunia harus dikembalikan
kepada Tuhan, karena yang memiliki manusia adalah Tuhan.
Sehingga
saat benar-benar kita dipanggil untuk kembali kepada Tuhan. Kita sebagai
manusia sudah membereskannya dalam kehidupan Dunia.
Jogja, Selasa (malam) 20 Februari
2018