Minggu, 12 Agustus 2018

Rupaku Pengikut Dajal, Janjiku PuraPura Surga

KAMARUDIN


Hiruk-pikuk di negeri seberang. Berlomba-lomba memperlihatkan beribu rupa dari satu rupa. Rupa-rupa itu dirupakan sedemikian rupa. Dicat, ditato, dilukis, diwarnai, diukir, dan berbagai cara demi mendapatkan citra dari berbagai angel.

Rupa yang tak serupa dari rupa yang sebenarnya.

Aku melangkah menjauh dari rupa-rupa, merenungkan rupaku sendiri apakah rupaku seperti rupa mereka. Tak mampu aku menjauh dari rupa-rupa itu. Aku diseret rupa-rupa untuk percaya pada rupa-rupa yang pura-pura merupa sedemikian rupa agar dapat menarikku.

Beribu rupa-rupa itu menjanjikanku kesejahteraan, rupa-rupa itu menggambarkan layaknya surga padaku. Datang dari barat juga utara seberang negeri.

Rupa-rupa itu berupaya menutup mata sebelah kananku. Seketika aku ingat dengan rupa-rupa dajal dan ya’juj-ma’juj.

Pernah aku diceritakan bahwa dajjal itu bermata satu. Ia menjanjikan surga namun memberi neraka. Menjadikan rupa neraka pura-pura surga.

Rupaku pengikut Dajjal, jika saja aku tergoda rupa-rupa yang pura-pura surga, maka aku bagaikan ya’juj ma’juj yang gila gedung tinggi, tempat tinggi, tahta negeri, ketenaran, dan janji-janji yang pura-pura surga.

Dajal abad 21, menjanjikan kesejahteraan, keamanan perut, menawarkan pembangunan, dan pelan-pelan membunuh.

Saat ini mungkin setan sudah tidak menjadi musuh lagi, sekarang ia menjadi teman, menjadi teman akrab tiap detik disetiap ruang.  Hingga terpedaya mengikuti janji-janji Dajal.
Biarkan aku tinggalkan rupa-rupa itu.

Kamis, 09 Agustus 2018

Ngomong Benar Apa Saja, Itu Bisa Salah

KAMARUDIN

Semakin banyak belajar, semakin banyak yang aku tidak ketahui. Oleh karena itu kita sinau bareng.

Ngomong benar apa saja, itu bisa salah. Oleh karena itu kita belajar dari banyak pandang, banyak sudut agar kita tidak terjebak dalam keegoisan.

Pancasila (nasionalisme) tidak mengganggu orang lain saat ada lampu merah dengan patuhi aturan. 

Dari sinau bareng kita mari meningkatkan rasa kemanusiaan kita, dengan cara empati, membantu saudara yang kena musibah.

Jangan buat negara seperti negara lain. Karena negara kita begitu besar, beragam, maka indonesia harus menjadi dirinya. 

Kalau medan kita berbeda maka kita tidak bersaing dengan siapapun.

Biarkan kita tirakat dulu, agar pas buka bisa menikmati kenikmatan yang tinggi.

Membuat apapun itu harus dihitung kelengkapannya. 

Sudra: menomorsatukan duit.
Brahma: menomersatukan tanggung jawab diri dihadapan Tuhan.
Pusaka: martabat, harga diri. Pemegang kris itu brahma, jadi tidak mungkin mau jadi presiden.

Pedang tidak boleh jadi pekerjaan. 

Tiap orang punya medan perangnya sendiri, maka iya harus menjadi dirinya sendiri.

Jadilah manusia inklusif. 

Mengapa harus berdaulat?

Komoditas-Ekonomi-Persaingan dagangan.

Cari posisimu, mengerti dirimu.

#Musa tidak bisa membelah lautan.
#Dikira omongan ustadz, mazhab, itu agama.
#Ibarat tela.
#Batal mati karena anjing.

Fuqoha: orang ngerti syariat.
Ulama: punya kaweruh.

Ilmu, iman, roso.

Cepet selesaikan kuliahmu, dosenmu ngeyel, ikutin saja, turutin selera dosenmu. 

Catatn Maiyah 9 Agustus 2018.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib