Jumat, 23 Maret 2018

Tidak Ada Itulah Ada

KAMARUDIN
Gunung Gajah, Purworejo

Tidak ada sama dengan ada. Tidak ada itulah ada. Ada itulah tidak ada. Kita menyebut sesuatu itu tidak ada karena justru sesuatu itu ada.

Kamu mencari-cari pasanganmu kemana-mana. Ternyata kamu tidak menemukannya, bukan berarti ia tidak ada. Dia ada/berada di tempat yang lain. Begitu juga ketika kemampuan kita tidak menemukan keberadaan para baginda nabi, malaikat, dan hari kiamat pada zaman now bukan berarti mereka tidak ada, tapi mereka ada dalam ruang yang berbeda.

Sesuatu dicari karena ia ada, sesuatu diketahui karena ia ada. Jonsen diminta ibunya untuk mencari pensil di lemari tapi dia tidak menemukannya dilemari. Jonsen berkata tidak ada. 

Rabu, 21 Maret 2018

Aku Dibuat Ragu Oleh Dirinya

KAMARUDIN


Setelah solat maghrib perutku menagih untuk makan. Krok… krok… krok… bunyi lambungku. Aku injak saja kaki penghidup mesin motorku dan kutancapkan gas menuju warung makan Alalo di jalan Glagahsari.

Walaupun warung itu ditunjukkan di jalan Glagahsari. Sebenarnya warung Alalo tidak berada di jalan Glagahsari. Tetapi di samping jalan Glagahsari. Kalau di jalan adanya polisi tidur dan marka. Kalau yang di tengah jalan namanya pembatas jalur antara kiri dan kanan. Jadi sesuatu yang kamu mendengar dari orang jangan mudah percaya dan kamu perlu memikirkannya.

Motor yang saya pakai ini tidak seperti motor biasanya, kalau motor keluaran dari Londo ada CBR, Yamaaf ada Vixion, dan aku memakai keluaran dari Kawasaki. Merk motornya adalah Iblis Coy dari Kawasaki, eh maksudku Awaksakik.

Sesampai di warung Alalo, aku memarkir motor kebanggaanku yang keluarannya sangat langka. Tempat parkir yang tidak datar alias miring. Membuatku harus berkali-kali memastikan apakah Iblis Coy andalanku terparkir dengan baik atau tidak. Disaat yang bersamaan terdengar suara seorang gadis di belakang aku.

“Nggak jatuh kok. Nggak jatuh kok. Nggak jatuh kok.”

Berkali-kali si gadis itu mengucapkan kalimat yang sama. Hingga aku merasa terpanggil untuk melihat kebelakang.

Settt. Dalam sekejap gadis itu mengucapkan kata terakhirnya dihadapan mataku. “Nggak jatuh.” Ia mengucapkan sambil tangannya yang memegang kunci mengarah kedepan mataku.

Aku terpaku melihat gadis itu. Mulutku membisu. Tanganku tidak bergerak seketika. Lima detik lamanya aku memandang matanya dan wajahnya yang calm. Aku tidak ingin lepas darinya. Hampir saja… namun.

Kemudian aku meninggalkannya dan membuang muka. Tanpa mengucapkan secuil perkataan pada gadis itu.

Aku masuk ke dalam warung Alalo mengambil nasi, lauk, dan memesan minum es teh. Aku memilih meja makan dan tak terlupa kursi tempat duduk. Aku meletakkan makananku.

Aku belum saja duduk dan menikmati makananku. Tiba-tiba ada yang membuat hatiku harus tak nyaman dan berperang dengan aku.

“Gadis tadi mengatakan padaku bahwa motorku nggak akan jatuh. Kemudian aku hanya memberikan ekspresi datar. Tanpa ada ucapan sekatapun dari mulutku. Disatu sisi aku menyalahkan diriku. Kalau aku tidak membalas sapaan gadis itu berarti aku salah. Disisi yang lain juga aku harus menyapa kembali gadis itu.”

Kemudian aku melihat kebelakang tempat aku memarkir motor. Ternyata dia, gadis calm dan cantic itu masih ada di sana. Aku menghendaki diriku untuk menyapa gadis itu. Tapi aku tidak tahu caranya. 
Tapi kalau tidak maka aku telah mengecewakannya, mengacanginya. Lumayan juga sih dia cantic untuk dilihat lagi wkwk.

Ah aku nekat saja. Mboh, apa yang akan terjadi selanjutnya. Sepatuku melekat dikakiku dan terdengar suara ketukan dari sepatuku. Tuk tik tak tik tuk, mirip suara sepatu kuda ya?

Sett. Aku di depan gadis itu. “Mbak.” Aku membuka pembicaraan.

“Iya mas.” Mata gadis itu menatap penuh yakin.

Terbayang wajahnya mengelilingi kepalaku akan dia.

“Tadi sampain menyapa aku nggak?”

Mbaknya tanpa ragu menyatakan dan penuh keyakinan. “Mboten mas. Tidak mas.”

Tett. Aku langsung membuang muka dari gadis itu. Aku tinggalkan dia. Dan pertanyaan “tadi sampaian menyapa aku nggak?” Adalah ucapan terkahir aku kepada gadis itu. Aku kembali ke tempat dudukku dan langsung melahap makananku.

Selasa, 20 Maret 2018

Prajurit Baginda Nabi Sulaiman

KAMARUDIN
Gunung Gajah


Serangan hoax-berita bohong, berita goblok, dan adu domba. Aku tidak mau menyerangnya kembali, karena aku akan kalah dari jumlah pasukan yang telah lama dibangun. Mereka itu terorganisasi dan digaji mahal.

Ah rasa-rasanya ingin memanggil prajurit baginda nabi Sulaiman baik dari kalangan jin, manusia, dan burung untuk mengalahkan pasukan penyebar berita bohong.

Senin, 19 Maret 2018

Harga Gelas Pecah Itu Rp.2000,-

KAMARUDIN

Settt. Aku buka chat Watsapku.

Prak. Cetreng. Jurr. Pecahan gelasnya tercecer kemana-mana. Terjadilah banjir bandang di meja makan. Orang-orang memandang banjir itu terjadi tidak ikut membantuku menalanginya. Aku sedih, mereka tak mau mengulurkan tangannya.

Aku terbebankan sedih, luka, dan mengobatinya sendiri. Satu persatu aku pungut pecahan gelas itu. Semua pecahan telah aku angkat. Banjir yang menggenangi meja, aku keringkan dengan kekuatan aji serbet yang aku dapat dari tukang soto.

Saat tukang soto memberikan serbet itu, dia hanya bilang mas pakai ini dan tersenyum meninggalkanku.

Kesalahan buruk yang aku lakukan untuk mengawali pagi. Membuka chat watsap dan menggeser tanganku ke tempat gelas berdiri menampung air teh.

Ambruklah gelas itu dan hancur menjadi berkeping-keping. Kekuatannya menampung air sekarang sudah sirna gara-gara kecerobohanku. Ceroboh membuka chat watsap saat makan.

Perhatian orang disampingku bukan kepada ambruk sebuah kekuatan penampung air. Tetapi perhatian dan fokusnya kepada diriku.

Tidak ingin lama pada perhatian mereka. Aku menuju kasir.

“Bu soto satu, gorengan tiga, teh hangat.”

“Tigabelas ribu mas.”

“Sama tadi saya pecahkan gelasnya satu.”

“Limabelas ribu mas.”

Aku membayar sesuai harga.

Ini pengalaman saya membayar gelas pecah. Padahal gelas pecah itu tidak ada harganya di toko-toko. Bahkan orang lain akan membuangnya. Ia tidak memiliki harga lagi. Tapi berbeda jika di warung soto tempat aku makan, harganya menjadi Rp.2000,-.

Oleh karena itu, jangan buang gelas pecahmu. Bawalah ke warung soto, akan dibayar Rp.2000,-. wkwk

Menguasai Bahasa Hewan

KAMARUDIN
Gunung Gajah


Aku tidak memiliki kemampuan untuk ngobrol bareng semut, serigala, macan kemayoran, singo edan, garuda, dan Lion Air.

Sebentar. Aku ini tidak seperti baginda nabi Sulaiman yang menguasai bahasa hewan. Ketika baginda nabi Sulaiman mendengar seekor semut memerintahkan anak buahnya untuk masuk sarang-sarangnya. Sang baginda nabi tersenyum dan senang akan pemberian Allah atas ilmu yang dianugerahkan kepadanya.

Minggu, 18 Maret 2018

309 Tahun di dalam Gua

KAMARUDIN


Aku akan tinggal dalam gua selama waktu yang aku tidak tentukan. Sedangkan Tuhan telah menetapkan para pemuda Ashabul Kahfi tinggal di dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.

Gua tempatku tidak seperti bayangan tentang gua yang kalian tahu. Tapi gua bagi saya bisa saja kamar, kampung, dan tempat lainnya.

Kegagalan Adalah Kemungkinan Terbesar dalam Berusaha

KAMARUDIN
GUNUNG GAJAH, YOGYAKARTA


Dalam usaha kita untuk mencapai sesuatu kemungkinan terbesarnya adalah gagal, daripada berhasil. Kemungkinan pertama adalah kegagalan, setelah ada kegagalan baru kita berhasil. Kegagalannya mungkin satu, dua, tiga, bahkan sampai dengan 100 kali baru kita menemukan keberhasilan.

Pembuktian keimanan adalah dengan kita diberi ujian. Bentuknya mungkin kegagalan kita. Catatan kegagalan adalah catatan kebaikan.
gugur 1

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib