Kamis, 14 Juni 2018

Puisi Untuk Kekasih, Maaf Telah Aku Membakarnya

KAMARUDIN


Aku berjalan sendiri di jalan kampung. Tidak melihat siapapun. Aku ingin berbuat baik, tapi tidak ada orang di sana. Mau ngopi tapi tidak ada yang diajak. Mau ngobrol, bercanda, main kartu, ngerokok, tapi tidak ada orang sama sekali.

Aku bertanya kepada diriku, siapa yang harus aku ajak ngerokok? 

Aku kesepian. Aku belum menikah, masih jomblo. Andai sudah menikah, aku akan mengajak istri untuk minum kopi sambil menanyakan harga beras.

Akhirnya aku terima saja perjalanan sunyiku ini.

Aku menghendaki diriku pulang ke rumah. Ah disana tidak ada orang. Aku sendirian. Akhirnya aku mengambil polpen dan selembar kertas. Aku tulis puisi.

Aku berbicara dengan diri sendiri. Hasil pembicaraan ke dalam diriku menghasilkan puisi itu. 

Kekasih, aku persembahkan puisi untukmu. 

Tapi aku baru ingat ternyata diriku masih jomblo. 

Ku sobek puisi itu, lalu membakarnya.

Pikirku, untuk siapa aku membacanya, kalau nyatanya aku jomblo. Tidak ada kekasih yang akan aku sanjung.

Nasib.

***

Aku bercanda. Ku ceritakan tentang diriku yang salah paham saat makan di Alalo. Aku ceritakan seperti ini.

“Mbak sampaian tadi sapa aku gak?”
Mata mbaknya serta vocal suaranya sangat mengena. “Mboten mas. Tidak mas.”
Aku langsung pergi meninggalkan gadis itu, tanpa kata penutup. Tanpa minta maaf.

Ah tidak ada yang menertawakan ceritaku. Sia-sia.

Sebenarnya hidup sendiri itu tidak bisa. Kita butuh perhatian orang lain. Tanggapan orang lain.

Aduh kok malah jadi gini tulisannya. wkwkwk

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah berkomentar.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib