Sabtu, 24 Februari 2018

Tidak Hanya Solat yang Perlu Berjamaah, Ngopi Juga Berjamaah

KAMARUDIN
Dok. Ngopi Berjamaah


Sabtu pagi tanggal 17 Februari 2018 aku dilanda insomnia gegara minum Kotangsu. Bagi teman-teman pecinta kopi dan suka nongkrong mungkin sangat akrab dengan Kotangsu. Kotangsu adalah nama minuman yang memiliki kepanjangan Kopi (Tanggung) Susu. Minuman ini terdiri dari kopi, susu, dan air yang diracik dalam gelas berukuran tanggung (versi kafe).

Kalau kata beliau kiai Anwar Zahid, kopi susu itu adalah minuman yang tidak jelas. Kopi ne ngajak melek, susu ne ngajak turu. In Indonesia language, kopinya mengajak mata tetap melek, susunya mengajak tidur. Tapi tetap saja kopi (tanggung) susu mengajak aku harus melek sampai pagi.

Insomnia tak membawaku resah dan gelisah. Tidak seperti anak-anak remaja zaman now, dikit-dikit resah dan gelisah. Mending ngopi woy.

Malah memberi manfaat untuk diriku. Bagaimana tidak? Pikiranku terus berjalan kemana-mana. Salah satu perjalanan pikiranku pada malam itu berada pada di jalan silaturrahim. Jalan silaturrahim sangat menarik untuk aku pikirkan malam itu. tanpa diperintah pikiranku terus berjalan di atas jalan silaturrahim.

Pertama, untuk mempersatukan dan mendamaikan setiap orang maka yang harus dilakukan adalah sering ketemu dengan orang lain. Menjalankan silaturrahim kesiapapun. Kekuatan silaturrahim ini akan mempereratkan persahabatan, persaudaraan, dan akan menimbulkan rasa aman.

Kedua, jika diambil dari sudut pandang hubungan yang terjalin, siapapun yang dikunjungi akan merasakan lebih dihargai. Oleh karena itu, ketika kita sangat suka dihargai maka yang arus kita lakukan adalah menghargai orang lain. Salah satu caranya adalah dengan silaturrahim. Dengan sendirinya kita akan dihargai oleh orang lain dan akan menjadi saudaranya.

Ketiga, melalui silaturrahim kita berpeluang untuk membesarkan hati orang lain. Akibat dari kita membesarkan hati orang lain adalah memberikan orang tersebut rasa percaya diri dan bahagia. Membahagiakan orang lain sangat berefek pada rasa bersaudara.

Keempat, rasa saling memiliki akan menjadi sangat terasa jika kita saling menjalin silaturrahim. Ketika kita sakit maka orang yang merasa memiliki kita akan berkunjung menjenguk kita, menghibur dan membahagiakan kita.

Oleh karena itu banyak-banyaklah silaturrahim, bertamu, dan membesarkan hati orang lain. Mungkin bisa diawali dari tetangga samping rumah sampai dengan semua rumah di kampung kita masing-masing atau kalau sangat memungkinkan silaturrahim ke seluruh dunia. Aku sih mau kalau ada yang mensponsori. Ini bertujuan untuk mempererat persaudaraan, mendamaikan, mengamankan, dan mempersatukan.

Kembali ke cerita Kotangsu. Berawal dari status WA yang berdalil “Ayo Ngopi.” Terus si Tomo langsung japri aku “Ayo aku butuh refresing nih.” Dia juga mengajak lanangan ASU, diantaranya Rahmat, Hani, dan Damar. Saya tidak tahu ASU itu kepanjangannya? Kalau menurut aku sih, air susu umi (ibu).

Jadinya kami berjamaah untuk ngopi bareng di sebuah kafe di Jogja. Tidak hanya solat saja yang berjamaah, ngopi juga sangat perlu untuk berjamaah. Apalagi kalau berbuat baik, ya harus berjamaah bukan saling mengalahkan dalam kebaikan.
Jogja, 17 February 2018

Sepasang Sandal yang Melindungi

KAMARUDIN
Dok. Kelas PGSD 2014 UNY


Sandal yang sepasang, ada kiri dan kanan. Tidak cukup hanya ada kiri dan kanan, tetapi keduanya harus pas, cocok. Kiri dan kanan memiliki perbedaan yang jelas antara keduanya.

Kiri dan kanan memiliki perbedaan sifat yang sangat kuat. Jika sandal yang dibuat dengan kecendrungan kiri, maka penempatannya yang tepat adalah di kaki kiri. Kalau digunakan untuk kaki kanan, ia tidak cocok-tidak pas. Begitu juga sebaliknya.

Sering sekali kita mendengar kata pasangan. Pasangan yang tepat untuk sendal kiri adalah kanan. Keduanya harus memiliki suatu kecendrungan yang sama di atas perbedaan-perbedaan yang kuat.

Kecendrungan yang sama dalam perbedaan karakter yang kuat, akan terdapat kesamaan seperti size yang sama, tujuan yang sama (melindungi kaki dari ancaman). Jika memiliki kesamaan tersebut, itulah yang disebut dengan pasangan, sepasang.

***

Jangankan sendal bisa melindungi kaki dari ancaman yang dapat menyakitkan kaki. Manusia juga dalam berpsangan harus betujuan saling melindungi dan menimbulkan rasa aman antar keduanya.

Manusia yang berpasangan hendaknya memiliki size atau nilai yang sama, minimal memiliki kecendrungan nilai yang sama. Sehingga keduanya akan dapat saling mengikat dan memiliki keterikatan yang kuat.

Namun jangan sampai melupakan setiap perbedaan sifat dan karaketer masing-masing. Perbedaan sifat itu harus dipahami oleh keduanya, mereka harus saling memahami baik terhadap dirinya sendiri dan pasangannya.

Dengan saling memahami keduanya akan saling mengerti cara memperlakukan pasangannya.  
Jogja sabtu 24 Februari 2018

Kamis, 22 Februari 2018

Akan Indah Jika di Ruang dan Waktu yang Tepat

KAMARUDIN

Sambil minum Kotangsu. Eh ndelok arek wedok, ayu tenan. Cantik sekali. Jilbabnya merah, wajahnya halus, tapi tiba-tiba wajah mulusnya hilang. Wajahnya tak terlihat mulus lagi. Itu terjadi dalam hitungan detik. Tidak sampai lima detik. Wajah manis dan mulusnya tak terlihat lagi halus dan ayu.

“bro kok wajah mbaknya tidak terlihat mulus lagi?”

“Ya jelaslah kamu copot kaca matamu,” Hani menjawab.

Aku tertawa. (kamu tertawa nggak?)

Wajah bukanlah sesuatu yang abadi selamanya, bahkan dalam hitungan detik pun itu akan bisa memudar. Contohnya seperti apa yang saya ceritakan di atas. Itu memang sangat sederhana, dan saya akui sangat sederhana. Itu bisa dibenarkan dan juga bisa disalahkan.

Kalau kita tidak bisa mengambil hikmah dari suatu peristiwa kecil, lalu bagaimana kita akan mengambil hikmah dari peristiwa yang besar. Mengambil hikmah dari cerita di atas adalah langkah kita untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mungkin sama.

Sesuatu itu tidak akan pernah abadi. Begitu juga aku, aku tidak akan hidup selamanya. Memenuhi kehidupan dunia untuk selamanya pun tidak. Begitu juga hidup itu dinamis, selalu bergerak. Bunga yang kita pandang indah, mungkin saja pekan depan tidak indah, mungkin jika ditaruh di tempat yang berbeda akan menjadi tidak indah. Sesuatu itu juga tidak akan pernah abadi dalam ruang dan waktu yang berbeda.

oooooo

“Maru, buatin quotes dong.” Hani meminta.

Aku ambil HPnya dan aku tuliskan sebuah kalimat.

“Setan saja enggak di sliding langsung sama Tuhan. Lah kok koe ndelok wong salah sitik. Langsung lo sliding.

Hani memperlihatkan status WA tersebut kepada si Damar.

“Ha itu bagus.” Ungkap Damar sepakat.

“Ini tak tulis Maru 2018 ya.” Hani memintaku.

“Iya. Biar ada pertanggungjawaban.”

Ia send.
Yogya, 18 February 2018

Rabu, 21 Februari 2018

Jalan-jalan di Tengah Sabilillah

KAMARUDIN


Semua jalan kebaikan yang diridhai Tuhan adalah sabilillah. Dalam artikel Sabilillah menjadi modalinnaa illahi raaji’uun sedikit dipaparkan bahwa sabilillah adalah menjalankan kehendak diri dengan yang dikehendaki Tuhan. Artinya bahwa dalam menjalankan kehidupan kita perlu mempertimbangkan bahwa, apakah benar kehendak yang kita lakukan diperkenankan Tuhan? Ataukah itu tidak diperkenankan Tuhan?

Tuhan memperkenankan hambanya untuk saling membantu, meringankan beban orang yang dilanda kesusahan, menjadi relawan kepada orang yang terkena bencana, maka itulah yang disebut dengan sabilillah. Memberikan pertolongan kepada orang lain adalah kebaikan yang di sukai Tuhan, bahkan letak cinta kita kepada Tuhan terletak di sana.

Pada bulan ini teman-teman saya berinisiatif untuk menggalang dana yang disalurkan bagi salah seorang korban kecelakaan. Korban tersebut tidak memiliki rumah dan hanya tidur di emperan salah satu stadion di Jogja. Berhubung korban hanya hidup mandiri dan tidak mampu untuk membiayai pengobatannya maka salah satu teman saya nekat untuk mengobati ia ke rumah sakit. Nah inilah konkrit dari sabilillah.

Atau contoh sederhana, teman saya menghendaki untuk memberikan hutang kepada saya. Bagi saya itu sangat membantu dan mengurangi beban saya. Nah itulah sabilillah.

Semua jalan bagi saya adalah jalan milik Allah. Tapi itu tergantung tujuannya, kalau tujuannya ke Allah ya itulah sabilillah. Jadi, kalau kita menghendaki untuk menuju Allah dengan jalan kita masing-masing dan Allah senang dengan hal itu maka itulah sabilillah kita.
Jogja, 22 February 2018


Sabilillah Menjadi Modal Innaa Ilaihi Raaji’uun

KAMARUDIN



Ini mungkin bisa dikatakan polos dalam menuliskan ruang dan waktu kehidupan yang terus saya/manusia proses pada sabilillah dan menuju innaa ilaihi raaji’uun.

Letak ruang dan waktu dalam kehidupan manusia, mereka harus menemukan sesuatu hal yang membuat mereka senang dan membuat Tuhan senang. Hingga manusia menemukan betapa Maha Senang(nya) Tuhan.

Ruang yang damai untuk didiami dan ditinggali adalah ruang yang disenangi Tuhan. Jika manusia memasuki ruang yang disenangi Tuhan maka kesenangannya itu adalah kesenangan yang menjati diri dalam kehidupan ini dan kehidupan menuju innaa ilaihi raaji’uun.

Sabilillah bagi saya adalah menjalankan kehendak diri dengan yang dikendaki Tuhan. Manusia bertugas menemukan ketepatan kehendak diri sendiri dengan yang dikehendaki Tuhan dalam ruang dan waktu yang tepat. Sabilillah inilah yang menjadi modal manusia untuk innaa ilaihi raaji’uun.

Innaa ilaihi raaji’uun adalah urusan yang paling dekat dan pasti. Bahkan urusan innaa ilaihi raaji’uun ini belangsung di setiap ruang dan waktu yang manusia jalani dalam kehidupannya, manusia harus menemukan bahwa urusan mereka berada pada Innaa ilaihi raaji’uun -kembali kepada Tuhannya. Setiap urusan kehidupan di dunia harus dikembalikan kepada Tuhan, karena yang memiliki manusia adalah Tuhan.

Sehingga saat benar-benar kita dipanggil untuk kembali kepada Tuhan. Kita sebagai manusia sudah membereskannya dalam kehidupan Dunia.
Jogja, Selasa (malam) 20 Februari 2018

Selasa, 20 Februari 2018

Jika Kamu Tidak Menemukan Kedamaian, Berhentilah Saling Menguasai

KAMARUDIN


Pertengkaran meluas, mendadak menjadi hal yang penting, terjadi dalam pencarian kekuasaan. Perebutan kekuasaan. Mereka saling menantang satu sama lain. Hendak ingin saling menguasai.

Tidak peduli yang dilawannya adalah teman. Tidak peduli mereka yang berseteru dulu adalah teman akrab. Terpenting bagi mereka adalah menguasai.

Mereka saling menjatuhkan satu sama lain. Bahkan dengan cara hal apapun dan bagaimanapun mereka harus menempuhnya demi sebuah kemenangan. Tidak adalagi gerakan berjamaah diantara mereka. Pengetahuan dan cara hidup mereka adalah mereka harus menang dalam menindas.

Kedatanganku diantara mereka untuk mendamaikan di antara mereka. Aku cegah tangan-tangan mereka yang ingin saling menghancurkan. Meski aku harus rela di tonyo.

Ada yang mengejar, begitu juga ada yang dikejar. Mereka berlarian berhamburan dan tidak tahu arah mereka. Kericuhan terjadi di sana-sini. Tangan-tangan itu mencari incaran permusuhan. Berhamburan mereka mencari ancaman.

Mereka tidak ada yang mencari kedamain. Hawa nafsu menguasai mereka. Pengetahuan tentang kebahagiaan tidak ditemukan lagi. Yang dimengerti adalah menindas. Sehingga mereka tidak menemukan lagi tujuan mereka.

Kekuasaan tidak didapatkan, karena mereka telah dikuasai oleh amarah, nafsu, dan keiblisan mereka masing-masing. Mereka tidak tahu bahwa terlebih dahulu dikuasai oleh amarah.

Aku berada ditengah mereka. Ikut berlari terengah-engah. Tapi dipelarianku tidak ada yang memperhatikanku, aku lelah. Seketika aku terhenti dalam pelarian itu. benar saja tidak ada yang mendekatiku, menyapaku, memukulku. Ternyata mereka berlari-lari ke arah tak kejelasan.

Maka yang terbaik bagi mereka adalah menghentikan langkah. Menenangkan diri. Menemukan kedamaian dalam diri mereka masing-masing. Itu adalah yang terbaik bagi mereka.

Ditengah-tengah keributan itu. Aku sejenak menepi.

Bermain bersama anak-anak. Melihat mata mereka yang memancarkan ketenangan, keoptimisan dan mendamaikan segalanya.

Anak-anak itu menjadi pendamai di antara mereka yang bertengkar. Anak itu berpikir sejak kecilnya. Diberikan oleh Yang Kuasa keajaiban mendamaikan pertengkaran yang tidak ada ujungnya.

Pertengkaran akan selesai jika hanya di antara mereka yang bertengkar menghentikan langkah mereka.
Jogja, 20 February 2018.


Minggu, 18 Februari 2018

Catat dan Tulislah Sejarah Hidupmu Sebelum Kamu Dimusnahkan Waktu

KAMARUDIN


Jangan tanya soal Instagramku followernya berapa. Sedikit banget aku lebih banyak menjadi follower dari pada yang memfollow aku.  Tidak ada kejelasan akun yang aku follow, tidak jelas dia itu siapa, perusahaan apa. Tapi yang jelas aku adalah follower sang Rasul Muhammad SAW. Itu yang paling jelas.
            Berhubungan dengan saya sebagai follower dari banyak akun ternyata saya baru sadari bahwa saya terlalu banyak untuk menjadi pengikut. Terlepas dari saya sebagai pengikut nabi Muhammad SAW (Muhammadiyah istilah lainnya). Di media social ternyata saya lebih banyak menjadi pengikut. Selain itu di dalam membaca buku saya lebih banyak membaca teori dari pada membuat teori. Ya saya hanya menjadi follower dari beribu-ribu teori.
            Pada akhir tahun kemarin saya menemukan sebuah puisi yang di tulis oleh beliau penyair ternama Indonesia, beliau ialah Khairil Anwar. Di sini saya mohon maaf kepada beliau, saya akan mengambil potongan bait puisi beliau yang berbunyi, karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah, tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah.” Semoga lain kali kita bisa belajar dari puisi yang beliau tulis.
            Beliau mengajak kita untuk berburu arti dari setiap peristiwa yang terjadi terjadi sekarang, mencatat peristiwa yang terjadi, peristiwa yang kita ikuti perkembangannya. Entah itu tentang politik, budaya, social, pendidikan, kebangsaan, dan yang lainnya. Catatlah ambillah hikmah darinya. Jangan hanya menjadi follower dari peristiwa yang terjadi, tapi ambil pelajaran darinya. Itu akan sangat bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.
            Dengan mencatat setiap peristiwa yang kita alami apalagi kita yang mengalaminya sendiri itu akan sangat bermanfaat bagi kita. Jika itu hal besar maka catatlah dalam sejarah hidupmu, tulislah, jangan sampai orang lain menulisnya, memplesetkannya dan menjadikannya fitnah untukmu. Maka dari sekarang catatlah setiap peristiwa yang kamu alami.
            Kalau kamu adalah aktivis kampus catatlah peristiwa yang kamu alami selama dirimu menjadi aktivis kampus, jangan hanya menjadi pengikut kampus tanpa meninggalkan bukti-jejak. Jika kamu seorang aktivis masyarakat catatlah, tulislah. Siapapun kita, catatlah peristiwa yang kita ikuti dan yang kita alami. Ambillah setiap hal itu menjadi butiran hikmah yang bermanfaat bagi diri kita dan bagi para penerus kita.

Kamis, 15 Februari 2018

KEDAULATAN ISRAEL, AL-QUDS BUKAN BAGIAN DARI ISRAEL

KAMARUDIN


Sejak kapan Israel dinyatakan sebagai negara yang berdaulat? Itu adalah pertanyaan yang pelu kita jawab Bersama dan perlu kita ketahui sejarahnya.
Pada tahun 1948 Israel menyatakan diri sebagai negara yang berdaulat. Dalam buku Masa Lalu Uang Masa & Masa Depan Uang -diterjemahkan oleh Alwie dan diterbitkan tahun 2007 oleh Pustaka Pohon Bodhi- menyatakan Rothschild menyuap (memberikan uang) kepada Harry Truman (presiden ke-33 Amerika) untuk menyatakan bahwa Israel sebagai negara berdaulat dengan memberikan uang senilai $2 juta kepadanya sebagai dana kampanye. Setengah jam setelah Israel menyatakan diri sebagai negara yang berdaulat, Amerika menjadi negara yang pertama kalinya mengakui bahwa negara Israel menjadi negara yang berdaulat.  
            Mungkin muncul pertanyaan di benak anda, Siapa Rothschild yang disebut menjadi penyuap presiden Harry Truman? Di sebutkan dalam buku yang sama bahwa Rothschild adalah penggagas pendirian Illuminati pada tahun 1770. Adam Weishaupt dipercaya untuk mengurus rencana itu dan mengembangkannya. Pada tahun 1776. Secara ofisial ia berhasil menyelesaikan rencana dari Illuminati tanggal 1 mei.
            Perlu kita mengetahui tujuan dari didirikannya Illuminati ini. Tujuannya adalah memecah belah Goyim (semua orang non-Yahudi) melalui media politik, ekonomi, social, dan religious. Mereka akan menyediakan senjata dan situasi ataupun insiden yang bisa memancing peperangan antar Goyim. Artinya para Goyim aka di adu domba oleh organisai Illuminati. Maka diantara Goyim itu terjadi peperangan antar mereka, antar saudara se-negara, se-suku, se-agama, dan akhirya akan saling membunuh.
            Kembali kita ke Israel. Diakhir penghujung tahun 2017 presiden Amerika, Trump menyatakan bahwa Al-Quds adalah ibu kota negara dari Israel. Lantas pernytaan tersebut menjadi pemantik api yang memicu penolakan di ahpir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Rakyat serta presiden Indonesia menolak dan mengecam pernyataan Trump. Al-Quds adalah tetap milik Palestina. Selain itu hasil veto PBB juga menunjukkan bahwa sebagian besar negara di dunia mengakui Al-Quds adalah milik palestina, bukan Israel.
            Lantas apa tindakan Trump selanjutnya? Terdengar kabar bahwa Trump akan melakukan serangan dan akan memaksakan kehendaknya. Tapi perlu kita pertanyakan, apakah ini benar-benar dari keinginan Trump? Atau ini memiliki keterkaitan dengan awal kedaulatan negara Israel? Apakah ada keterkaitannya dengan visi dari didirikannya Illuminati? Terserah anda sendiri yang menjawabnya.
             Kita ambil benang merahnya saja, kita ibaratkan kasus ini adalah sebagai letupan sebuah peluru. Peluru akan meletup karena ada yang mendorongnya yaitu pistolnya (sebut saja begitu). Atau anda bisa mengibaratkannya sebagai anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Apa artinya? Kita dapat mengartikan bahwa penyataan Trump adalah diakibatkan karena dorongan-dorongan yang mendorong Trump menyetakan bahwa Al-Quds adalah ibu kota Israel. Trump tidak mungkin berdiri sendiri, Trump hanya peluru bukan pistolnya. Trump hanya bagian kecil dari pendorong-pendorongnya di belakang. Trump adalah pemantik scenario, yang menyebabkan terjadinya keributan negara-negara yang menolak pernyataan tersebut dengan Trump sendiri.
            Entah apa, siapa, organisasi apa, maupun apapun motivasinya, kita wajib menolak atas kekejaman, penindasan, pengkerdilan terhadap siapapun dan negara manapun. Bahwa setiap penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Itulah komitmen ungkapan rakyat Indonesia bahwa siapapun yang berbuat tidak berkeprikemanusiaan wajib kita menghapusnya, menolaknya baik dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan kehidupan Internasional. Jika perlakuan tidak berkeadilan muncul dimanapun dan kapanpun wajib kita menolaknya.
            Kita membela mereka yang ditindas, dikerdilkan atas nama kemanusiaan dan keadilan. Palestina akan selalu Bersama rakyat Indonesia.
Jogja 25 Desember 2017

Minggu, 11 Februari 2018

Semalaman Berjamaah Menjalani Kebaikan di RSUD Jogja

KAMARUDIN


Selesai saya dari KKN di Kulon Progo, Yogyakarta. Seorang teman saya menghubungiku melalui chat WA  untuk menemaninya bermalam. Teman saya ini perempuan dan adik tingkat saya di kampus.

Ayo apa yang ada di pikiranmu?

Ia mengajak aku untuk bermalam di Rumah Sakit Umum Daerah Jojga. Aku balas pesannya. “Yang sakit siapa?”

“Nanti tak kasih tahu mas. Pokoknya sampean ke sini saja nanti malam temanin aku.”

“Oke.”

Sorenya saya langsung gas ke RSUD. Sekian menit sampailah aku di tempat.

Aku mencari-cari kamar tempat bermalam kami. Saya sawang-sawang setiap sudut petunjuk jalan. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada yang memanggil “mas-mas.” Saya lihat ke belakang ada tiga orang gadis yang asing dipandangan saya.

Ternyata mereka adalah adik tingkat saya juga. Wah-wah ini menandakan bahwa saya adalah angkatan tua.

Sejurus salah satu dari mereka bertanya. “Mas mau cari siapa?”

“Cari mbak Ulfah.”

Kami memiliki tujuan yang sama yaitu menuju kamar yang sama.

Ternyata mbak Ulfah memintaku untuk menemaninya semalam menjaga adik tingkat kami berdua. Teman kami yang sakit ini berasal dari Papua dan ia jauh dari orangtuanya. Kabarnya ia sakit cukup lama setelah selesai dari operasi usus buntu.

Di ruang perawatan dua orang dosen datang menjenguk pasien dan belasan teman pasien berada di dalam ruangan tersebut.

Yang saya rasakan dari teman-teman dia dan aura yang ada dalam ruangan tersebut adalah aura saling mencintai diantara mereka. Saling peduli. Saling menjaga dalam keamanan dan keselamatan.

Magrib menjelang satu persatu mereka bergegas pulang dan tinggallah kami bertiga dalam ruangan tersebut. Sesuai permintaan mbak Ulfah, tugas saya adalah menemani dia.

Sekitar pukul 02.00 saya akhirnya menyerah untuk tidur seadanya. Sedangkan mbak Ulfah menjaga pasien semalaman. Sungguh baik sekali mbak Ulfah.

Pagi-pagi kami berdua mencari sarapan untuk memenuhi tagihan perut yang kosong. Secepatnya kami kembali ke kamar pasien. Sekitar jam 10 saya ada janji dengan teman KKN untuk menyelesaikan laporan. Aku pulang jam 09.00 dan ku tinggalkan mereka berdua.


Kamis, 01 Februari 2018

Kekejaman dan Gagal Paham dalam Menyebarkan Kebenaran

KAMARUDIN

Pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Bandung dianiaya seseorang yang tak dikenal identititasnya. Penganiayaan terjadi di dalam masjid pada sabtu (27/1), saat beliau sedang berdzikir.

Menurut saksi yang tidak rela disebutkan namanya menyatakan bahwa pelaku sempat mengatakan “ieu mah pinerakaeun, nu di dieu mah pinerakaeun kabeh.” Pelaku mengatakan ini mah di neraka, yang di sini neraka semua. Pelaku tersebut sambil menunjukkan amplifier alat pengeras suara.

Kejadian di atas sangat memprihatinkan batin saya, mungkin kita semua. Yang sangat memprihatinkan adalah sikap penganiayaan dan perkataan yang diucapkan pelaku.

Penganiayaan adalah kekejaman. Kita sepakat menganiaya seseorang bukanlah perilaku yang dapat dibenarkan dan sangat dilarang oleh hukum.

Terkadang perkataan kita lebih kejam dari pada menganiaya. Nu di dieu mah pinerakaeun, semua orang yang ada disana adalah orang-orang yang akan menghuni neraka. Jangan sampai kita mengatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain apalagi menyatakan (bahkan memutuskan) bahwa orang yang berbeda dengan kita tempatnya adalah neraka. Padahal yang berhak memasukkan orang ke surga atau neraka adalah Tuhan.

Membenarkan diri sendiri. Ieu mah pinerakaeun, ini mah neraka. Jangan menganggap diri paling benar, karena yang memiliki kebenaran sejati itu hanyalah Tuhan. Inna robbaka huwa a’lamu biman dholla ‘an sabiilihii wa huwa a’lamu bilmuhtadiin. Hanya Tuhan yang lebih mengetahui siapa yang sesat, yang diberikan kebenaran, dan yang di berikan petunjuk. Maka kita tidak boleh membenarkan diri kita sendiri.

Kita harus bisa bertoleransi terhadap kebenaran orang lain. Kebenaran itu sifatnya relatif, selalu bergerak, bahkan kebenaran manusia belum tentu benar dihadapan Tuhan. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menerima dan terbuka terhadap kebenaran orang lain.

Gagal paham dalam menyebarkan kebaikan atau kebenaran. Janganlah kita melakukan penyebaran kebenaran yang kita anggap baik atau benar dengan suatu yang kejam. Padahal agama mengajarkan kita untuk menyebarkan kebaikan dengan perilaku yang baik. Ud’u ilaa sabiili robbika bilhikmati wal-mau’izhotil hasanati wa jaadil-hum billati hiya hasan. Ajaklah manusia dengan hikmah kepada jalan Tuhanmu. Hikmah adalah intinya kebaikan, kalau saya mengatakannya adalah madunya kebaikan, ayat di atas tercantum dalam An-Nahl. Mengajarkan orang lain harus dengan kebaikan. Begitu juga jika kita berdebat dengan orang yang berbeda pemahaman dengan kita maka kita harus berbuat baik.

Belasan abad yang lalu Muhammad SAW mencontohkan saat beliau diminta oleh malaikat untuk mohon kepada Tuhan agar orang-orang yang berbeda -menghalangi beliau mengajak dalam berbuat kebaikan- dengan beliau disikat habis dan diratakan dengan tanah. Tapi dengan kebaikan beliau, menyatakan kalau aku melakukannya nanti siapa yang akan mengikuti kebaikan yang aku bawa. Maka kita harus berjamaah dalam kebaikan, berjamaah untuk memasuki surga milik Tuhan.

Perilaku berbuat kekejaman dalam hal ini adalah kekerasan fisik dan menjudge seseorang adalah sesuatu yang tidak baik. Dalam berkehidupan dengan orang yang berbeda maka kita harus bersikap memamunisiakan manusia, atau dengan yang paling rendah yaitu bersikap memakhlukkan orang lain.


Maksud memanusiakan ataupun memakhlukkan orang lain adalah jika kita adalah manusia ketika disakiti maka kita akan merasa sakit, nah bagaimana jika orang lain kita sakiti maka orang tersebut akan merasakan hal yang sama ketika kita disakiti. Begitulah yang dirasakan korban penganiayaan, semoga beliau diampuni dosanya dan semoga cepat disembuhkan. Oleh karena itu, tindakan menyakiti dan berbuat kejam terhadap orang lain sebaiknya kita hindari dalam perilaku kehidupan kita.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib