Sabtu, 23 Juni 2018

Aku Kenyataan, Yang Tak Mampu Kau Nyatakan

KAMARUDIN

Kau pun
tak mampu membayangiku

Prasangkamu pun
tak benar membayangiku

Lukisanmu
tak pula membayangiku

Tatapanmu juga
tak lihai membayangiku

Rabaanmu pun
tergelincir membayangiku

Karena aku
bukan bayangan,
tapi aku kenyataan,
yang tak mampu kau nyatakan.

[Jogja, 4 Maret 2018]

Sabtu, 16 Juni 2018

Wajahku Seputih Air Susu Yang Mengalir Di Surga

KAMARUDIN


Aku berburu shaf-shaf penghuni surga. Aku gelar sajadah beraroma surga. Sarungku sehalus sutra surga, koko seputih air susu yang mengalir di surga.  

Aku melakukan hal tersebut setiap shalat di masjid. Selalu aku rebut shaf pertama dari jamaah shalat apapun. Pengen dapat surga yang diberitahukan oleh orang-orang.

Di surga itu banyak bidadari yang bebas kita pilih sebagai pasangan kita. Kata orang-orang bidadari itu cantik-cantik, semuanya muda, tidak ada yang tua. Kita bebas makan minum apapun. Minta apapun boleh. 

Pikirku. Aku akan meminta wajahku seputih air susu yang mengalir di surga. wkwk

Itulah yang membuat aku semangat mengejar surga.

Tapi.

Tapi.

Tapi.

Tapi sejak aku bertemu Papuk Yani, aku tidak lagi semangat mengejar surga. Setiap solat aku tidak pernah merebut shaf pertama dengan tujuan surga. Malah aku persilahkan orang lain dahuluan. Jika ada yang lebih terdahulu menginginkannya maka aku berikan padanya.

Bukan alasannya tidak mau masuk surga.

Papuk Yani pernah memberi nasihat padaku. Seperti ini kata Papuk Yani pada waktu itu.

~Cucuku surga dan manusia itu sama-sama ciptaan Tuhan. Surga memang tempat yang indah, tapi ingat! Itu sama seperti kamu, surga dan kamu itu ciptaan Tuhan.

~Tuhanlah tujuan utamamu ibadah. Bukan surga. Surga itu pemberian cinta Tuhan padamu, tapi jika kamu mencintai Tuhan.

Aku tidak membenarkan kata Papuk Yani. Berbohonglah aku kepadanya. Aku mengiyakan dengan perkataan tapi tidak dengan keyakinan.

Teringat dengan pesan guru SD kelas 5 ku beberapa tahun yang lalu. Katanya, kalau kita menggantikan niat solat kita dengan “aku niat solat dzuhur karena surga” neraka siap mencabik-cabik dibelakang.

Merenung aku dalam solat.

“Masak iya aku solat karena surga. Kan surga itu ciptaan Tuhan juga, setara dengan aku. Tidak ada yang pantas disembah kecuali Allah. Jadi tidak ada ibadah yang diniatkan kecuali kepada Allah.”

Setelah perenungan. Aku menggali kuburan, mengambil korek, dan pernak-pernik solat. Aku masukkan pernak pernik solatku seperti koko, sarung, peci, dan sajadah. Kemudian aku bakar.

Aku menyesal. Aku lupa kalau aku tidak punya koko, sarung, peci, dan sajadah selain yang aku bakar.

Goblok. Goblok. Goblok.

Air mataku menetes ke atas dengan mata terpejam. Mulut tebuka lebar. Berdengung hahahaha. Aku menertawakan penderitaanku.

Aku pakai saja pakaian seadanya yang dapat menutup aurat. Aku bekerja dengan Jin, aku pakai untuk menutup aurat bagian bawah.

NB. Jin = jeans

Kamis, 14 Juni 2018

Puisi Untuk Kekasih, Maaf Telah Aku Membakarnya

KAMARUDIN


Aku berjalan sendiri di jalan kampung. Tidak melihat siapapun. Aku ingin berbuat baik, tapi tidak ada orang di sana. Mau ngopi tapi tidak ada yang diajak. Mau ngobrol, bercanda, main kartu, ngerokok, tapi tidak ada orang sama sekali.

Aku bertanya kepada diriku, siapa yang harus aku ajak ngerokok? 

Aku kesepian. Aku belum menikah, masih jomblo. Andai sudah menikah, aku akan mengajak istri untuk minum kopi sambil menanyakan harga beras.

Akhirnya aku terima saja perjalanan sunyiku ini.

Aku menghendaki diriku pulang ke rumah. Ah disana tidak ada orang. Aku sendirian. Akhirnya aku mengambil polpen dan selembar kertas. Aku tulis puisi.

Aku berbicara dengan diri sendiri. Hasil pembicaraan ke dalam diriku menghasilkan puisi itu. 

Kekasih, aku persembahkan puisi untukmu. 

Tapi aku baru ingat ternyata diriku masih jomblo. 

Ku sobek puisi itu, lalu membakarnya.

Pikirku, untuk siapa aku membacanya, kalau nyatanya aku jomblo. Tidak ada kekasih yang akan aku sanjung.

Nasib.

***

Aku bercanda. Ku ceritakan tentang diriku yang salah paham saat makan di Alalo. Aku ceritakan seperti ini.

“Mbak sampaian tadi sapa aku gak?”
Mata mbaknya serta vocal suaranya sangat mengena. “Mboten mas. Tidak mas.”
Aku langsung pergi meninggalkan gadis itu, tanpa kata penutup. Tanpa minta maaf.

Ah tidak ada yang menertawakan ceritaku. Sia-sia.

Sebenarnya hidup sendiri itu tidak bisa. Kita butuh perhatian orang lain. Tanggapan orang lain.

Aduh kok malah jadi gini tulisannya. wkwkwk

Sabtu, 09 Juni 2018

Mentadabburi Nikmatnya Malam Lailatul Qadr dalam Al-Qadr

KAMARUDIN


Malam ini aku menghisap rokok Class Mild putih dan ditemani segelas kopi. Aku buka surat cinta dari Tuhan yang berisi kabar gembira dariNya. Saat Sang Dalang kehidupan mengabarkan kepadaku melalui surat cintaNya.

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadr (Al-Qadr: 1).

Allah mengabarkan kepadaku dan kepada semua manusia bahwa Dia bersama malaikatNya telah menurunkan Qur’an pada malam yang mulia. Kabar ini tentu sangat membahgiakan siapa saja yang merindukannya, merindukan berkah dari Tuhannya.

Setelah Allah  mengabarkannya kepadaku. Lalu dengan mesranya Dia mengajak ku untuk sejenak mengelola pertanyaan yang Dia berikan. Mengajakku bertadabbur terhadap surat cintaNya. Dia mengungkapkan,

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (Al-Qadr: 2)

Dengan kasih dan sayangNya, Dia memberitahuku.

Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (Al-Qadr: 3)

Ternyata malam yang mulia, lailatul Qadr lebih baik dari pada seribu bulan. Aku tidak bisa membayangkan dan tidak akan pernah mampu membayangkan, hanya bisa bertanya. Mengapa Engkau sangat cinta sekali sama hambamu yang berlumur dosa ini? Engkau sangat mendekatiku, padahal sering sekali hamba menjauh dariMu. Engkau tetap saja menerima hambaMu ini, sedangkan banyak dusta atas nikmat yang engkau berikan telah hamba lakukan.

Aku terpaku. Aku takut Engkau marah sama aku Tuhan. Mau jadi apa aku, kalau engkau marah padaku.

Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur urusan. (Al-Qadr: 4)

Malam ini Kau turunkan para malaikatmu dan Roh. Engkau menugaskan mereka untuk mengatur urusanku. Memelihara urusanku dan menjaga urusanku. Mungkin diantaranya Engkau menurunkan malaikatMu untuk mengatur urusan rezekiku, kesehatan bagiku, kebahagiaan bagiku, dan kenikmatan yang mungkin melebihi umur yang engkau berikan, yaitu sepanjang 83,3333 tahun. Engkau anugerahkan untuk aku yang banyak dosa ini. Lalu nikmat mana yang harus aku dustakan?

Maka malam ini izinkan aku akan beristigfar dan bersyukur padamu. Izinkan juga aku meminta dan melibatkan Engkau dalam hidup hamba.

Sejahteralah sampai terbit fajar. (Al-Qadr: 5)

Aku menemukan, bahwa malam lailatul Qadr ini (harapan saya malam ini malam lailatul Qadr) adalah malam yang Engkau anugerahkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi hamba, malam ini kau anugerahkan kemuliaan yang melebihi 1000 bulan, Engkau turunkan malaikatMu untuk mengurusku dan mengurus seluruh alam, dan engkau sejahterakan mala mini sampai terbit fajar.

S <

"Aku tulis dan aku harap, hanya sebagai penyemangatku saja. Ini jauh dari kebenaran dan sangat berpeluang salah."

NB: Jangan dipercaya.

Sabtu, 25 Ramadhan 1439
9 Juni 2018

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib