Selasa, 22 Mei 2018

Akhlak Kita Kepada Makhluk Tuhan Merupakan Akhlak Kita Kepada Tuhan

KAMARUDIN

Ngopi @kafeblandongan Yogyakarta
“Akhlak kita kepada makhluk Tuhan yang lain merupakan akhlak kita kepada Tuhan. Kalau kita menghadap ke Tuhan dengan ikhlas dan begitu juga seharusnya ke orang lain dengan ikhlas. Kalau yang kita lakukan ke Tuhan adalah kebaikan maka begitu juga kita ke makhluk Tuhan. Sebenarnya saya cukup berat mengatakan bahwa makhluk hidup adalah perwujudan dari Tuhan –takutnya orang lain salah memahaminya.”  
Amang duduk mantap dengan mengangkat kaki kanan setengah sambil menikmati kopi.

“Sama saja kamu mengatakan Makhluk adalah Tuhan dong Mang. Tapi benar juga sih Mang maknanya tidak menuhankan manusia. Manusia ada karena Tuhan.” Finung memahami isi pembicaraan Amang.

“Pemikiran ini saya temukan ketika saya melaksanakan solat maghrib.”

“Kok bisa! Berarti itu menandakan solatmu tidak khusuk?”

“Aku tidak tahu. Tapi proses datangnya ilmu bagi saya itu melalui medium yang sangat luas, artinya lewat apapun dan proses apapun bisa. Sholat yang khusyuk juga shalat yang dapat dinikmati keindahannya.” Amang menegaskan.

“Ya ya ya.” Finung menyetujui.

Mereka berdua serius dengan pembicaraan itu. Pembicaraan mereka yang mendalam biasanya dilakukan dengan serius dan cermat. Finung, kenyataannya memiliki kemampuan berpikir luas, dalam, dan berimbang. Tapi karena dia adalah adik dari Amang, ia merendah hati dan iklhas menjadi pendengar setia kakaknya.

“Kembali ke akhlak.  Menurut saya juga, bahwa goal dari ibadah dan alqur’an adalah akhlak. Goal yang saya sebut ini adalah salah satu dari banyak goal lainnya. Akhlak merupakan bentuk konkrit dari Rahman dan Rahim. Dalam pembukaan kitab Al-qur’an sifat Tuhan yang inilah yang pertama-tama disebut. Dengan arti lain bahwa Tuhan adalah zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha pengasih dan penyayang adalah akhlak yang sangat agung dari Tuhan. Maka manusia yang diajari oleh Tuhannya untuk selalu berbuat pengasih dan penyayang kepada makhluk tuhan yang lainnya, idealnya melakukan hal tersebut dalam setiap tingkah lakunya.” 

Amang menyentuh Al-Qur’an dan ibadah. Tidak lain maksud Amang memberikan pemahaman-pemahaman yang membuka pikiran Finung adalah untuk menjadi kebaikan tersebar kesuluruh jagat Bumi.

“Eh kopimu habis Mang.” Finung menjeda.

“Aku minta tolong boleh?”

“Buatin kopi kah?”

“Ya, kamu kok pengertian sekali apa yang aku mau. Semoga kepedulianmu selalu bertambah.” Amang menggoda.

“Tapi ada syaratnya Mang.”

“Oke syaratnya apa?”

“Tambahin ilmu buat aku dong nanti tentang pertanyaanku yang selama ini selalu ada dalam pikiranku.” Finung menarik pertanyaan-pertanyaan dalam hidupnya.

“Ya ya, kamu buatin kopi saja dulu buat kakak.”

“oke.” Finung pergi meninggalkan tempat duduknya.
         
Suasana pagi semakin dingin. Hujan di luar rumah semakin deras menambah suasana semakin santai dengan kopi, akan lebih santai dari pada mengeluhkan hujan turun yang menunda pekerjaan di sawah punya ayahnya. Ini juga merupakan suatu hal yang baik untuk bersantai, beristirahat dari pekerjaan yang tidak selesai-selesai.
            
           “Tadi Amang mengatakan bahwa makhluk adalah perwujudan dari Tuhan.” Nurdin masuk ke tempat duduk santaiku.
           
          “Terima kasih kamu telah mengingatkan. Ohya tidak tepat juga sih kita menyatakan makhluk sebagai perwujudan Tuhan. Karena Tuhan tidak ada yang dapat menandinginya. Tidak ada yang serupa denganNya. Mungkin yang tepat untuk sekarang, makhluk adalah bukti adanya sang pencipta yaitu Tuhan.”
          “Kalau makhluk sebagai perwujudan Tuhan mungkin terlalu ekstrim. Nanti akan terjadi banyak anggapan yang memancing dan menyulutkan pendapat yang disertai dengan ketidak objektifan saudara-saudara kita untuk melakukan konfirmasi kepada kita yang mengatakan bahwa makhluk adalah perwujudan Tuhan. Mungkin untuk sekarang dengan cara berpikir saudara-saudara kita maka kita sebut dengan bukti adanya Sang Pencipta. Tuhan.” Finung mengimbangkan.

Amang merasakan sesuatu yang kurang dalam hatinya. Ia melanjutkan perkataannya. “Tapi sebenarnya untuk sementara ada dua kemungkinan asal diciptakannya manusia dan makhluk lainnya. Yaitu dari Tuhan itu sendiri atau dari ketiadaan menjadi ada. Tuhan menciptakan makhluk dari ketiadaan menjadi ada. Makanya dari kedua hal tersebut aku menyatakan bahwa Makhluk atau manusia adalah perwujudan Tuhan atau kalau lengkapnya perwujudan dari adanya Tuhan.”

“Penggunaan kalimat yang lebih baik menurut aku menggunakan kalimat Makhluk adalah perwujudan dari adanya Tuhan.” Finung menyampaikan pendapatnya.

“Ya. Mungkin itu lebih baik agar orang lain lebih mampu memahaminya.” Amang menyepakati usulan Finung.[]

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah berkomentar.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib