Kamis, 17 Mei 2018

Siapapun Yang Kita Hadapi, Sejatinya Saat Itu Juga Kita Menghadap Tuhan

KAMARUDIN

Pantai Mawun, Lombok

Yang dipikirkan Amang hanya ingin membagikan pikiran-pikiran yang tidak biasa didengar oleh orang lain. Terkadang terdengar aneh dan nyeleneh. Walau Amang adalah orang yang biasa saja. Tapi pemikirannya diluar kebiasaan orang lain.

“Saat kamu menghadap aku, saat itu juga kamu menghadap kepada Tuhan.” Amang memulai aneh.

“Apa sih?” Tio dingin menghadapi Amang. Tidak tahu arah pembicaraan Amang.

“Kamu percayakan kalau kita bisa bertemu dengan Tuhan?”

“Iya saya percaya itu.”
Tio masih tidak paham pembicaraan yang dimaksud Amang.

“Tahu tidak maksud saya?” Amang mencoba mengkonfirmasi kepada Tio.

“Maaf aku tidak tahu. Kamu mau mengajak aku berpikir filosopi?”

“Tidak sih. Tapi aku ingin berbagi pola pikir. Bagaimana mau tidak?” Amang membujuk.

“Nggak ah. Malas.”

“Tapi aku akan membagikannya, walau kamu tidak mendengarnya.” Amang mencoba mempengaruhi. “Tio pasti percaya. Kalau kita bisa bertemu dengan Tuhan dimana-mana, kapan saja, dengan keadaan apapun. Tetapi kita tidak mampu melihat Tuhan dengan mata kita, sehingga terkadang kita merasa tidak menghadap Tuhan. Kamu juga percaya bahwa Tuhan Maha Melihat, Tuhan Maha Tahu apapun yang kita sembunyikan dan apapun yang kita tampakkan.”

Lah terus?” Tio terpengaruh. Mengambil posisi tegak menghadap Amang.

“Nah saat ini juga kamu menghadap Tuhan.” Amang nyeletuk.

“Ayolah aku lagi mau serius Amang. Aku mau mendengarkan kalimat-kalimat yang sepertinya bermanfaat bagiku.”

“Saya mau tanya ke kamu Tio. Kita kan sama-sama percaya, kalau kita bisa bertemu Tuhan dimana-mana?”

“Iya saya percaya tentang hal itu.”

“Kemudian sekarang kita ngobrol di sini. Apakah Tuhan saat ini ada di antara kita?” Amang mencoba memperjelas dengan memancing Tio berpikir.

“Iya. Tuhan saat ini ada di antara kita. Tapi kita tidak bisa melihat dengan mata kita. Kita bertemu dengannya saat ini.”

“Berarti kamu sudah tahu yang saya maksud dengan saat kamu menghadap aku, saat itu juga kamu menghadap kepada Tuhan.” Amang mau tahu sampai dimana pemahaman Tio.

“Aku sudah mulai tergambarkan.”

“Kemudian yang kedua. Kamu percaya bahwa Tuhan Maha Melihat –apa yang kamu sembunyikan kepada saya, Tuhan Maha Tahu– apa yang ada dalam hatimu saat menghadap kepada saya. Maka itu menunjukan juga bahwa saat kamu menghadap aku, saat itu juga kamu menghadap kepada Tuhan. Ini bukan berarti saya mempertuhankan diri. Ini hanya untuk memudahkan kamu memahami bahwa apapun yang kita lakukan di Dunia ini, bahwa sejatinya kita menghadap Tuhan. Jika kita melakukan kebaikan kepada makhluk Tuhan saat itu juga kita melakukan kebaikan dihadapan Tuhan. Begitu juga sebaliknya melakukan hal yang tidak baik kepada siapapun dan kepada apapun. Maka perbuatan tersebut kita lakukan di hadapan Tuhan.” Amang menjelaskan dengan panjang.

Tio merenug. Mencoba menyerap yang disampaikan oleh Amang. Ia mengernyitkan kepalanya untuk memfokuskan pikirannya.

Beberapa saat kemudian. “Baiklah aku paham dengan maksud pembicaraanmu kali ini. Luar biasa. Aku mulai terbuka pikiran. Ketika aku menghadap siapapun, menghadap apapun bahwa saat itu juga sejati aku menghadap Tuhan. Tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan Tuhan.” Tio sejenak merenggangkan jari tangannya.

“Ohya Amang hampir lupa menceritakan kisah Rasulallah SAW saat didatangi oleh lelaki yang tak dikenal. Lelaki itu datang dengan pakain sangat putih, rambutnya sangat hitam, dan tidak tampak sama sekali bekas perjalanan pada lelaki itu. Sehingga membuat hadirin yang bersama Rasulallah SAW terheran. Lelaki itu memposisikan dirinya sangat dengan Rasulallah SAW. Ia datang bertanya kepada Rasulallah SAW seperti orang yang lebih tahu dari pada Rasulallah SAW. Dari setiap pertanyaan yang dijawab oleh Rasulallah SAW, lelaki itu selalu merespon dengan mengatakan engkau benar. Salah satu yang ditanyakan oleh lelaki itu kepada Rasulallah SAW adalah Apa itu Ihsan. Kemudian Rasulallah SAW menjawab hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika engkau tidak bisa maka yakinlah bahwa Allah melihatmu.” Amang menarik nafasnya sejenak. “Jadi hal tersebut menjadi penguat kita dalam melakukan apapun di dunia ini. Landasannya adalah Allah selalu melihat kita, Tuhan selalu mengetahui sesuatu yang kita lakukan. Tidak ada yang luput dari pengawasan Allah. Dia selalu mengawasi kita. Saat inipun Allah melihat kita. Mungkin kamu ingat bahwa tujuan manusia dan jin diciptakan di Dunia ini adalah untuk ibadah. Maka saat ini kita jadikan ibadah dan yakinlah Allah melihat kita.”

“Sebentar saya mau tanya. Lelaki yang datang kepada Rasulallah itu siapa?”

“Beliau adalah Jibril.”[]

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah berkomentar.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib