Entar
lagi tahun baru. Sebelum tahun baru datang kita perlu mengetahui hal-hal yang
tidak dibolehkan pada malam pergantian tahun baru.
Pak
Tujur menghidupkan televisinya. Aku duduk di samping pak Tujur, ingin aku mengajak dia ngobrol tentang malam tahun baru. “Bahwa mengikuti suatu budaya
orang lain akan menyebabkan kita menjadi golongan mereka. Secara otomatis
akan menjadi golongan mereka. Apakah cirinya? Menurut aku cirinya adalah dia
menggunakan, melakukan, hal yang dilakukan oleh golongan yang ia tiru.” Kataku mengawali dengan mantap. Aku melanjutkan “Pada malam tahun baru nanti sebaiknya kita jangan
melakukan hal-hal yang menyebabkan kita menjadi golongan orang kafir, Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” Aku menaikkan nada bicara.
Tampak
Pak Tujur yang saya berikan pencerahan ini santai saja menyeruput kopi hitamnya
sambil menyimak berita tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung. Tsunami itu
diprediksi terjadi karena adanya aktivitas gunung Anak Krakatau yang
mengeluarkan lava. Dari berita itu aku menyimak bahwa sebanyak 168 orang tewas
dan puluhan orang hilang. “Terus apa saja yang menyebabkan kita masuk dalam
golongan kafir, yahudi, nasrani, dan majusi?” Pak Tujur bertanya santai.
“Pada
malam tahun baru nanti kita akan banyak melihat orang-orang yang mengaku
beriman tapi mereka mengikuti kaum Yahudi, Majusi, Nasrani.”
“Lah
kok bisa?” Pak Tujur ngegas.
“Ditahun
baru itu banyak orang-orang yang akan meniup terompet sedangkan terompet adalah
budaya orang Yahudi. Pada malam tahun baru juga banya orang yang menyalakan
petasan, dimana petasan itu dibakar dengan api, dan menyakan api adalah budaya
dari orang Majusi. Malam tahun baru adalah ajaran Nasrani. Kalau kalian
mengikuti budaya mereka maka otomatis akan menjadi golongan mereka.” Jelasku.
Pak
Tujur menyeruput kopinya lagi. “Ohya. Berarti kalau kita meniup terompet
otomatis kita Yahudi. Kalau menyalakan api otomatis kita Majusi. Kalau
merayakan tahun baru otomatis kita Nasrani. Apakah itu yang kamu maksud?”
“Iya.” Jawabku
tegas, mantap, dan membenarkan.
“Alhamdulillah,
yes.” Pak Tujur tampak girang.
Lah kok malah senang, bilang Alhamdulillah. Aku terheran-heran dalam hati.
Pak Tujur melanjutkan. “Berarti tidak akan terjadi kiamat, karena kalau
malaikat meniup terompet maka nanti dia tidak taat pada Tuhan. Kalau sampai
malaikat meniup terompet maka dia auto Yahudi. Terus kalau kita menyalakan api
itu budaya orang Majusi, mulai besok kita tidak makan lagi dong, tidak bisa
menikmati sate-ayam bakar-ikan bakar, karena kalau kita sampai memasak dengan
api, takutnya nanti banyak orang yang menjadi Majusi. Besok siap-siap lapar dan
malam tahun baru adalah aksi mogok makan, karena tidak ada makanan dan tidak
ada yang masak. Kalau keluar merayakan tahun baru akan membuat aku jadi
Nasrani, yah tinggal syahadat lagi. Kan masuk Islam.”
“Jancok.
Asu. Bajingan.” Aku gak bisa istighfar lagi.
Aku
tampak mempertuhankan kebenaranku.
~Jangan Lupa Ngopi dan Bercanda~
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkomentar.