Minggu, 23 Desember 2018

Malam Tahun Baru Adalah Aksi Mogok Makan Sedunia

KAMARUDIN


Entar lagi tahun baru. Sebelum tahun baru datang kita perlu mengetahui hal-hal yang tidak dibolehkan pada malam pergantian tahun baru.

Pak Tujur menghidupkan televisinya. Aku duduk di samping pak Tujur, ingin aku mengajak dia ngobrol tentang malam tahun baru. “Bahwa mengikuti suatu budaya orang lain akan menyebabkan kita menjadi golongan mereka. Secara otomatis akan menjadi golongan mereka. Apakah cirinya? Menurut aku cirinya adalah dia menggunakan, melakukan, hal yang dilakukan oleh golongan yang ia tiru.” Kataku mengawali dengan mantap. Aku melanjutkan “Pada malam tahun baru nanti sebaiknya kita jangan melakukan hal-hal yang menyebabkan kita menjadi golongan orang kafir, Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” Aku menaikkan nada bicara.

Tampak Pak Tujur yang saya berikan pencerahan ini santai saja menyeruput kopi hitamnya sambil menyimak berita tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung. Tsunami itu diprediksi terjadi karena adanya aktivitas gunung Anak Krakatau yang mengeluarkan lava. Dari berita itu aku menyimak bahwa sebanyak 168 orang tewas dan puluhan orang hilang. “Terus apa saja yang menyebabkan kita masuk dalam golongan kafir, yahudi, nasrani, dan majusi?” Pak Tujur bertanya santai.

“Pada malam tahun baru nanti kita akan banyak melihat orang-orang yang mengaku beriman tapi mereka mengikuti kaum Yahudi, Majusi, Nasrani.”

“Lah kok bisa?” Pak Tujur ngegas.

“Ditahun baru itu banyak orang-orang yang akan meniup terompet sedangkan terompet adalah budaya orang Yahudi. Pada malam tahun baru juga banya orang yang menyalakan petasan, dimana petasan itu dibakar dengan api, dan menyakan api adalah budaya dari orang Majusi. Malam tahun baru adalah ajaran Nasrani. Kalau kalian mengikuti budaya mereka maka otomatis akan menjadi golongan mereka.” Jelasku.

Pak Tujur menyeruput kopinya lagi. “Ohya. Berarti kalau kita meniup terompet otomatis kita Yahudi. Kalau menyalakan api otomatis kita Majusi. Kalau merayakan tahun baru otomatis kita Nasrani. Apakah itu yang kamu maksud?”

“Iya.” Jawabku tegas, mantap, dan membenarkan.

“Alhamdulillah, yes.” Pak Tujur tampak girang.

Lah kok malah senang, bilang Alhamdulillah. Aku terheran-heran dalam hati.

Pak Tujur melanjutkan. “Berarti tidak akan terjadi kiamat, karena kalau malaikat meniup terompet maka nanti dia tidak taat pada Tuhan. Kalau sampai malaikat meniup terompet maka dia auto Yahudi. Terus kalau kita menyalakan api itu budaya orang Majusi, mulai besok kita tidak makan lagi dong, tidak bisa menikmati sate-ayam bakar-ikan bakar, karena kalau kita sampai memasak dengan api, takutnya nanti banyak orang yang menjadi Majusi. Besok siap-siap lapar dan malam tahun baru adalah aksi mogok makan, karena tidak ada makanan dan tidak ada yang masak. Kalau keluar merayakan tahun baru akan membuat aku jadi Nasrani, yah tinggal syahadat lagi. Kan masuk Islam.” 

“Jancok. Asu. Bajingan.” Aku gak bisa istighfar lagi.

Aku tampak mempertuhankan kebenaranku.

~Jangan Lupa Ngopi dan Bercanda~

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih, Anda telah berkomentar.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib