Waktu itu salah satu sahabatnya Amang sebutlah dia Finung pulang dari Magelang setelah mengikuti acara Maiyahan pada malam sebelumnya dan piknik-piknik di sekitaran kecamatan Borobudur. Dalam keadaan masih lelah dan kurang bertenaga ia memasuki kontrakan.
“Jadi,
kamu istirahat saja dulu.” Pinta Amang kepada sahabatnya yang tampak kelelahan.
“Amang.
Aku ada kopi baru dari mbakku. Kalau mau dibuat, silahkan saja.”
“Iya.” Amang mengambil kopi dan menyeduhnya.
Amang
duduk dipojokan garasi kontrakan sambil menikmati kopi dan sebatang rokok.
Garasi kontrakan yang berukuran lumayan besar sekitar enam kali empat meter,
yang jadikan sebagai tempat tidur. Mereka terbiasa berbagi cerita dan sekedar
kongkow tidak jelas di garasi.
Dalam
satu tarikan asap rokok, Amang tiba-tiba berkata “Garasi ini bau tai, tainya
mesti banyak sekali.” Amang begitu kesal dengan bau yang menggangu rokok-an dan
minum kopinya. Amang kemudian pergi dari garasi dan pindah tempat tidur ke kamar
tidur depan.
Belum
saja Amang duduk. Tampak dirinya tidak betah dan mencium bau tai “ah kamar
tidur kok gak pernah dibersihkan, kamar ini banyak tainya.” Amang pindah ke
ruang tamu, dapur, dan seluruh ruang dalam kontrakannya. “Sama saja, kontrakan
ini penuh dengan tai.”
Amang
sangat kesal sekali, karena tidak bisa menikmati kopi dan rokoknya dengan
damai. Dimana-mana ia dipenuhi dengan bau tai. Kemudia dia keluar kedepan rumah
sambil memandangi tanaman yang ada didepannya. Dia meletakkan kopi disampingnya
sambil menggerutu “ah disini bau tai juga, dunia ini penuh dengan tai.”
Kegagalan
menikmati kopi dan rokok membuat Amang sangat-sangat kesal dan emosi gara-gara
tai. Kemudian dia masuk rumah, ia tak
sengaja memandangi cermin di dinding ruang tamu. Tampak di cermin itu, bibir
bagian atasnya ada tai yang menempel.
Seketika
itu dia mengambil air dan membersihkannya. Amang kembali kepojokan garasi dan
menikmati sebatang rokok dan kopi.
Ternyata
kotoran tai yang baunya sangat menyengat itu tidak terletak pada ruangan yang
ia tempati, bukan juga di dunia yang dia tinggali, namun ada di depan
hidungnya. Kalau kotoran tai yang ada pada hidungnya tidak dia lihat dulu dan tidak dia bersihkan maka kemanapun kita pergi pasti akan mencium bau kotoran tai.
Maka
oleh karena itu, Amang sebaiknya bercermin dulu ketika dia mencium bau kotoran, baru dia memantaskan dirinya lebih baik dulu, membuat dirinya rapi dan bersih sebelum minum kopi agar bau kotoran pada dirinya nihil.
Dia jangan langsung menilai atau memaki ruangan-ruangan yang ia tempati. Semoga
Amang kedepannya bisa membersihkan kotoran-kotoran pada dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkomentar.