Jumat, 05 Januari 2018

BAHWA YANG KALIAN TIRU ADALAH KEHIDUPAN INDUVIDUALISME

KAMARUDIN
“Ah kalian salah memilih, salah mencontoh, salah mengikuti. Bahkan kalian itu tidak tahu siapa yang harus kalian ikuti dan siapa yang harus tidak diikuti. Kalian hanya modal tiru-tiruan tanpa mempunyai panduan dan acuan. Akal kalian sudah tidak kalian fungsikan lagi. Diri kalian sudah tidak ada, kalian tidak memiliki jati diri lagi sebagai manusia bahkan makhluk. Bagaimana nanti kalian akan menjadi abdullah dan khalifatullah, kalau saja kalian terlepas dari dirimu?” Wisnu menyesalkan semua sikap wayang-wayang lainnya.
Finung menaikkan sang Panji kedepan layar pewayangan. Mulai menancapkan patokan di debong pisang. Panji berdiri tegak. Finung mulai mengetuk.
 Panji melanjutkan kalimat yang disampaikan oleh Wisnu. “Negara yang kalian tiru adalah negara yang terus mengacungkan jari tengahnya kepada saudara-saudara kalian, memusihi saudara-suadara kalian, menindas saudara kalian. Selama ini kalian salah meniru kehidupan. Yang kalian tiru adalah kehidupan materialis, histeria, dan individualisme-nya negara Amerika Serikat.”
Wayang-wayang kecil itu hanya tertunduk mendengarkan semua lontaran-lontaran kekesalan Panji dan Wisnu. “Maafkan kami Sepuh. Kami hanya wayang-wayang yang tidak tahu diri.” Salah satu dari mereka berdiri.
“Aku tahu kalian hanya korban dari sistem. Tapi aku minta kepada kalian semua untuk selalu tetap bertahan pada diri kalian. Jangan sampai mengikuti keinginan kalian saja.” Bima dari belakang menyusul.
“Aku akan memberi tahukan kepada kalian semua. Bahwa yang kalian tiru adalah kehidupan individualisme. Kehidupan yang mementingkan hidup sendiri. Kalian ingin terlihat dan ingin dinyatakan hidup dengan rela membunuh orang lain. Kalian ingin dikatakan ada, kalian rela meniadakan orang lain. Kalian ingin dinyatakan kaya, kalian rela merampas tanah dan harta orang lain. Itu sangat sungguh kejam.” Wisnu terus bergerak dilayar.
Sang dalang menjeda sejenak mengambil kopi suguhan dari tuan rumah.
Wisnu mengangkat tangannya. Ia melanjutan, “Negara Amerika yang kalian anggap maju, makmur, dan kaya. Kalian menirunya, mendambakannya. Padahal mata kalian itu terbuka lebar, tapi mata kalian itu hanya fokus kepada materi. Kalian mendambakan materialisme-nya Amerika. Negara yang menindas saudara kita di Palestina, Amerika membuka peluang kekejaman, kezaliman. Kalian dengan jelas melihatnya. Tapi kalian masih saja meniru materialismenya. Karena materialisme hidup membuat kalian buta akan kekejaman yang mereka lakukan.”
“Kalian berkoar-koar di dunia sebelah (media sosial) dengan kata-kata pembelaan untuk Palestina. Tapi cara hidup, berpikir, bertindak kalian sama saja seperti negara penindas itu.” Giliran Panji berpindah ke depan Wisnu.
            “Maaf Panji. Aku izin berbicara mungkin agak lama.” Bima meminta. Panji mundur ke belakang.

            Panji mengajak semua wayang-wayang fokus. “Ini pesan saya untuk kita semua wayang. Kalian perlu mempunyai patokan hidup, perlu punya panutan dalam diri kalian agar berhenti memuja materialisme. Agar berhenti meniru kehidupan materialisme yang menindas saudara kalian.”[]

KAMARUDIN / Pengarang & Penulis

Biasa dipanggil Maru. Aktivitas sehari-harinya adalah mengajar, menulis, nonton sepak bola, dan membaca buku. Penyuka kopi. Selalu mencari kebenaran.

Coprights @ 2016, Blogger Template Dibuat oleh Templateism | Templatelib