Sidang
dibuka dengan pernyataan yang diberikan oleh pemimpin sidang Dewan Perwakilan Hewan.
“Sekelompok hewan di sebuah hutan sangat getol mengampanyekan anti berbuat
intim diluar hubungan resmi hewani. Jika ditemukan pasangan yang melakukan
perbuatan intim di luar hubungan resmi hewani maka akan dibuka aib mereka di
media social hewani. Mereka menamainya
Tangkap, Pamerkan, Laporkan.”
Sontak
beberapa kelompok hewan yang menyetujui hal itu, ada juga yang menolak dengan
alasan mereka. Menurut sekelompok ayam yang sering gonta-ganti pasangan. “Ini
tidak baik. Karena bukan masalah perbuatan intimnya, tapi masalah aib hewani.
Menurut ayam ini adalah pelanggaran hak hewani.”
Sedangkan
kelompok gagak mengatakan. “Bahwa ini tidak berimbang. Kalau mau menghindari
perbuatan intim diluar hubungan hewani maka kita harus berusaha untuk memperbaiki
anak-anak cucu kita, bukannya menunjukkan kebobrokan akhlak hewani. Goblok!”
Tetua
hutan dari salah satu Singa mengatakan. “Anak-anak kita ini mau menyebarkan
porno grafi dengan objek hewan lain, juga akan membuka aib orang lain. Menurut
tetua kita dulu membuka aib ataupun memamerkan keburukan hewan lain itu adalah
sesuatu yang tidak baik. Walaupun tujuannya adalah mencegah perbuatan mungkar,
tidak akan baik hasilnya jika dengan cara kemungkaran. Kalau konsep tetua kita
dulu mencegah kemungkaran itu harus dengan bijak, harus dengan kebaikan, bukan
dengan mejelekkan hewan lain.”
Sidang
kehewanan itu berlangsung cukup lama. Namun berjalan dengan arif dan lancar.
Setiap perwakilan masing-masing Dewan Perwakilan Hewan dari setiap partai
saling berendah hati. Tidak egois.
Pemimpin
sidang akan melanjutkan sidang pada hari selanjutnya untuk menemukan
kesepakatan yang tepat.
Jogja, 02 Januari
2018