Pagi-pagi saya diajak ziarah kubur ke makam kakek-nenek. Sesampai
di makam, kami mengucapkan salam.
Assalamualaikum.
Atau boleh gak
bilang halo semua penghuni kubur? He he he.
“Amang ayo do’ain kakek nenekmu.” Ibuku meminta berdo’a
bersama.
Aku membela, tapi entah membela diri atau membela ibuku. “Seharusnya
ibu yang lebih pantas mendo’akan kakek dan nenekku.”
“Tapi ibu tidak bisa.”
“Sebisanya bu.”
Ibu langsung memulai do’anya sesuai yang diinginkan untuk
orangtuanya. Aku hanya membaca sholawat nabi dan mengaminkan do’a ibuku
diterima oleh Tuhan.
“Andai saja kakek nenekmu masih hidup. Dia akan senang
melihatmu mau sekolah, ngaji. Dia pasti senang, tapi sekarang beliau berdua
sudah tiada.” Ibuku mulai curhat.
“Beliau berdua masih ada kok bu. Masih hidup.” Aku hanya
pendek.
Tidak mungkin ibu dan aku mencari beliau berdua kalau beliau berdua sudah tiada. Bagiku mereka masih hidup di alam yang berbeda. Oleh karena itu, tujuan aku dan ibu untuk mendo’akan kehidupannya di tempat yang berbeda agar kehidupannya di sana diperkenankan Tuhan agar diberi tempat yang indah.
“Oh ya ya. Mereka masih ada. Bisa saja mereka melihat kita
berada disini.” Ibu sepertinya tahu meksudku tapi mungkin bisa berlebihan juga.
Aku bengong ibu berkata begitu. Aku diam sampai akhirnya
pulang. []