Aku berburu shaf-shaf penghuni surga. Aku
gelar sajadah beraroma surga.
Sarungku sehalus sutra surga, koko seputih air susu yang mengalir di surga.
Aku melakukan hal tersebut setiap shalat
di masjid. Selalu aku rebut shaf pertama dari jamaah shalat apapun. Pengen dapat surga yang diberitahukan
oleh orang-orang.
Di surga itu banyak bidadari yang bebas
kita pilih sebagai pasangan kita. Kata orang-orang bidadari itu cantik-cantik,
semuanya muda, tidak ada yang tua. Kita bebas makan minum apapun. Minta apapun boleh.
Pikirku. Aku akan meminta wajahku seputih air susu yang mengalir di surga. wkwk
Itulah yang membuat aku semangat
mengejar surga.
Tapi.
Tapi.
Tapi.
Tapi sejak aku bertemu Papuk Yani, aku
tidak lagi semangat mengejar surga. Setiap solat aku tidak pernah merebut shaf
pertama dengan tujuan surga. Malah aku persilahkan orang lain dahuluan. Jika
ada yang lebih terdahulu menginginkannya maka aku berikan padanya.
Bukan alasannya tidak mau masuk surga.
Papuk Yani pernah memberi nasihat
padaku. Seperti ini kata Papuk Yani pada waktu itu.
~Cucuku surga dan manusia itu sama-sama
ciptaan Tuhan. Surga memang tempat yang indah, tapi ingat! Itu sama seperti
kamu, surga dan kamu itu ciptaan Tuhan.
~Tuhanlah tujuan utamamu ibadah. Bukan
surga. Surga itu pemberian cinta Tuhan padamu, tapi jika kamu mencintai Tuhan.
Aku tidak membenarkan kata Papuk Yani. Berbohonglah
aku kepadanya. Aku mengiyakan dengan perkataan tapi tidak dengan keyakinan.
Teringat dengan pesan guru SD kelas 5
ku beberapa tahun yang lalu. Katanya, kalau kita menggantikan niat solat kita
dengan “aku niat solat dzuhur karena surga” neraka siap mencabik-cabik
dibelakang.
Merenung aku dalam solat.
“Masak iya aku solat karena surga. Kan
surga itu ciptaan Tuhan juga, setara dengan aku. Tidak ada yang pantas disembah
kecuali Allah. Jadi tidak ada ibadah yang diniatkan kecuali kepada Allah.”
Setelah perenungan. Aku menggali kuburan, mengambil korek, dan pernak-pernik solat. Aku masukkan pernak pernik solatku seperti koko,
sarung, peci, dan sajadah. Kemudian aku bakar.
Aku menyesal. Aku lupa kalau aku tidak
punya koko, sarung, peci, dan sajadah selain yang aku bakar.
Goblok. Goblok. Goblok.
Air mataku menetes ke atas dengan mata terpejam. Mulut tebuka lebar. Berdengung hahahaha. Aku menertawakan penderitaanku.
Aku pakai saja pakaian seadanya yang
dapat menutup aurat. Aku bekerja dengan Jin, aku pakai untuk menutup aurat
bagian bawah.
NB. Jin = jeans